SOLOPOS.COM - Ilustrasi aksi sosialisasi tentang bahaya penyakit tuberculosis (TBC) (JIBI/Solopos/Dok.)

Penyakit Tuberkulosis rawan menyerang pelajar dan mahasiswa

Harianjogja.com, JOGJA-Hasil penelitian Dosen Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Dyah Aryani Perwitasari menyebutkan, pelajar atau mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) banyak yang tidak sadar telah terjangkit Tuberkulosis (TB). Hasil penelitian tersebut dipaparkan dalam temu media bersama sejumlah wartawan pada Selasa (21/6/2016).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari sana juga diketahui bahwa kepedulian masyarakat akan kesehatan nampaknya perlu lebih diperkuat lagi, karena penyebaran penyakit Tuberkulosis (TB) di DIY berpotensi sangat cepat. Dyah dan tim, meneliti 230 pasien TB yang ada di DIY dan Lampung dari sekitar 20 Puskesmas.

Hasil yang cukup mencengangkan, meski tak mengungkapkan persentasi secara pasti, ia menyebut kebanyakan dari pasien di DIY pada penelitian tersebut masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Dan kebanyakan dari mereka diketahui tidak sadar jika sebenarnya sudah terjangkit TB karena ada juga yang tidak menimbulkan gejala parah.

Menurut Dyah, DIY sebagai kota pendidikan dengan banyak pendatang yang ingin belajar, menjadi salah satu penyebab peningkatan potensi penyebaran TB. Hal ini dikarenakan, kemungkinan para pendatang tersebut telah terjangkit TB sejak dari daerah asal.

“Lingkungan tempat tinggal para pelajar juga mendukung makin cepatnya penyebaran TB, misalnya saja suka bertukar alat makan. Itu makin cepat lagi penyebarannya,” kata dia.

Indonesia memang terkenal sebagai sumber TB oleh beberapa negara lain, imbuhnya. Hal tersebut dikarenakan sampai saat ini Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus TB terbanyak di dunia.

Penyebaran TB sendiri sebenarnya juga terkait dengan kebiasaan orang Indonesia yang suka meludah sembarangan, tidak menaati etika batuk atau bersin dan etika cuci tangan. Padahal, jika TB tidak mendapat penanganan, TB paru-paru bisa meluas menjadi TB otak atau TB tulang.

“Pengobatan pun harus rutin tanpa henti selama enam bulan, jika berhenti sebelum waktunya, pasien ada kemungkinan kebal obat. Kalau susah begitu akan makin susah pengobatannya, padahal jika diobati teratur dan baik, penyakit TB bisa sembuh total,” ungkapnya.

Guna mencegah penyebaran TB, perilaku hidup sehat perlu dijalankan. Pasien TB pun perlu ditangani total dan diberi dukungan untuk sembuh. Sayangnya, tidak semua masyarakat melek soal kesehatan. Apalagi masih banyak masyarakat yang memiliki pemikiran yang salah terkait pasien TB, sehingga membuat pasien TB enggan berobat.

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UAD Rosyidah menambahkan,  semua harus mulai membiasakan diri dan keluarga untuk menjalankan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pihaknya sendiri selama ini terus mengadvokasi masyarakat dalam hal PHBS. Karena kenyataannya, jumlah masyarakat yang menjalankan PHBS masih cukup rendah.

Di DIY saja menurutnya, baru 40% warga yang menjalankan PHBS. Sehingga masyarakat masih perlu didorong dan dan mendapat sosialisasi PHBS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya