SOLOPOS.COM - Ilustrasi hubungan pasutri (Dok/JIBI/Solopos)

Penyakit menular seperti IMS perlu dihadapi dengan menerapkan PHBS.

Harianjogja.com, SLEMAN – Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mewaspadai penyakit infeksi menular seks (IMS) atau penyakit kelamin. Masyarakat diimbau untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta tidak melakukan hubungan dengan pasangan tak resmi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan data Harianjogja.com, pada 2013 silam, penyakit IMS sempat terdata signifikan di wilayah Cangkringan. Saat itu dari data beberapa bulan, terdapat 75 warga yang mengeluhkan sakit pada alat kelamin kemudian memeriksakan diri, 40% hingga 50% di antaranya positif IMS. Dari 75 itu pula sebanyak 30 positif warga positif terinfeksi Gonore (GO) atau kencing nanah yang kerap dikenal dengan sebutan raja singa. Detailnya, dari 30 tersebut lima penderita di antaranya pria dan 25 lagi ibu rumah tangga yang terinfeksi GO.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Mafilindati Nuraini menegaskan, pada 2015 tidak ada kasus yang signifikan di semua wilayah Sleman terkait IMS. Penanganan terus dilakukan secara rutin melalui klinik IMS di tiap Puskesmas baik melalui pengobatan kepada pasien langsung maupun sosialisasi ke masyarakat untuk melakukan pencegahan.

“Tidak ada yang signifikan. Itu [IMS] hampir ada di tiap wilayah seperti halnya ISPA,” ungkapnya, Kamis (20/8/2015).

IMS, lanjutnya, bisa berupa jamur, protozoa, bakteri, virus yang diakibatkan kurangnya pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Laporan terkait IMS yang diterima Dinkes Sleman berasal dari Puskesmas. Sedangkan pasien yang melaporkan ke rumah sakit terutama pihak swasta tidak memberikan laporan karena bukan termasuk penyakit mewabah. Sehingga laporan yang ada belum bisa mencerminkan secara keseluruhan wilayah Sleman banyak atau tidaknya terkena IMS.

Meski tidak ada yang signifikan seperti tahun 2013 silam, lanjutnya, IMS tetap harus diwaspadai. Alasannya, karena berawal dari IMS menjadi potensial mengarah ke HIV-AIDS.

“Tetap Perlu diwaspadai karena biasanya yang infeksi virus itu termasuk HIV-AIDS. Jadi awal untuk bisa terjadinya itu potensial makanya harusdiwaspadai,” tegasnya.

Menurutnya, IMS tidak selalu diderita oleh pihak yang berhubungan seks dengan pasangan tidak resmi. Tetapi IMS juga bisa diderita oleh pasangan suami istri jika tidak mempedulikan PHBS. Hanya saja, ia menggarisbawahi bahwa pihak yang paling rentan terkena IMS yaitu mereka yang kerap berhubungan seks dengan pasangan tidak resmi dalam hal ini sering diistilahkan penjaja seks komersial.

“Pasangan resmi pun bisa terjadi IMS kalau tidak menjaga PHBS. Jadi tidak terstigma IMS mesti dari hubungan kelamin pasangan tak resmi atau ke penjaja seks, itu tidak mesti,” terangnya.

Terpisah Koordinator Tim IMS Puskesmas Cangkringan Dyah Arum Retnaningtyas mengatakan, meski tidak ada yang signifikan terkait kasus IMS tapi pihak tetap membuka layanan. Dalam sepekan, layanan khusus pasien IMS dibuka selama dua hari yaitu Rabu dan Sabtu.

“Kadang pasien ada yang datang hari Sabtu atau Rabu, tetap kami buka layanan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya