SOLOPOS.COM - Ilustrasi TBC di Boyolali (Google/ medicastore.com)

Penyakit menular yakni TBC menjangkiti ratusan warga Solo.

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 316 orang di Kota Solo pada tahun 2014 terjangkit Tuberculosis (TBC). Delapan di antaranya terkena Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR TBC) atau TBC akut, dan satu orang meninggal dunia akibat terjangkit TBC.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan angka temuan kasus TBC di Solo hingga kini mencapai 62,60%, sehingga saat ini masih ada 38 % kasus TBC yang belum terungkap.

“Angka temuan TBC di Kota Solo memang cukup tinggi. Tetapi, masih ada masyarakat yang belum mengetahuinya dan justru malu saat terkena TBC,” katanya seusai acara Pertemuan Revitalisasi Tim Public Private Mix (PPM) Tingkat Kota yang diselenggarakan Koninklijke Nederlandse Centrale Vereniging tot bestrijding der Tuberculose (KNCV) Jawa Tengah atau lembaga nirlaba yang bergerak di bidang penanggulangan TBC, di Hotel Indah Palace, Senin (15/6/2015).

Dia juga mengatakan saat ini petugas kesehatan di Puskesmas di setiap kecamatan harus lebih aktif dalam mendeteksi orang yang terkena TBC. Ini supaya orang yang terkena TBC bisa mendapatkan perawatan intensif.

Menurutnya, selama ini petugas kesehatan yang hanya mengandalkan keaktifan warga yang terkena TBC untuk lapor ke Puskesmas tidak efektif.

“Semisal ada satu orang yang positif terkena TBC, maka petugas kesehatan harus bisa mendeteksi dampaknya, semisal di lingkungan kerjanya, mainnya, atau keluarganya. Semua yang pernah bertatap muka dengan orang tersebut harus discreening,” jelas dia.

Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) DKK Solo, Evi S. Pertiwi, menyampaikan dalam lima tahun terakhir, grafik kasus TBC yang terungkap cenderung menurun. Kasus yang terungkap paling tinggi yaitu pada 2013 mencapai 80%.

Dia juga mengatakan di Jawa Tengah, Kota Solo menduduki peringkat nomor empat dengan jumlah penderita TBC terbanyak.

“Kami juga berkoordinasi dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Solo untuk mendeteksi keberadaan orang yang mengidap TBC, dan tidak menempatkannya di ruang ber-AC, karena itu sangat rawan penularan,” jelas dia.

Sementara itu, Provinsial Coordinator Officer KNCV Jateng, Endang Nur Aini, menyampaikan saat ini Indonesia mendapat peringkat kedua di dunia dalam kasus TBC. Di Jateng sendiri ada sebanyak 114 kasus MDR TBC atau TBC akut.

Menurutnya, dibentuknya PPM tingkat kecamatan ini diharapkan bisa mendeteksi orang yang terkena TBC. Karena saat ini deteksi hanya dilakukan di tingkat kota dan itu kurang menyentuh ke masyarakat secara langsung.

Dia menjelaskan ada sejumlah gejala yang diwaspadai orang tersebut terkena TBC, yaitu batuk berdahak selama dua pekan, berat badan menurun, sesak napas, nyeri dada, dan mengeluarkan keringat dingin pada malam hari.

“TBC itu sangat mudah menyebar, karena penyebarannya lewat udara. Semisal penderita TBC berdahak, ada ribuan kuman yang keluar dari mulutnya yang bisa menyebar dan menularkan ke oaring lain. Untuk itu perlu ada penanganan serius,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya