SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi wilayah dengan tingkat prevalensi kanker tertinggi di Indonesia. Ironisnya, sebagain besar penderita datang ke rumah sakit ketika berada pada stadium yang terlambat.

Menurut Plt Menteri Kesehatan Ali Gufron Mukti hasil survei menyebutkan, prevalensi kanker di DIY adalah 9,6 perseribu  penduduk, hampir setara dengan satu perseratus warga. Sementara prevalensi terendah adalah wilayah Maluku dengan perbandingan 1,5 perseribu penduduk.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Adapun perbandingan pada tingkatan nasional adalah 4,3 perseribu penduduk.  Dari angka itu juga diketahui, jumlah penderita kanker pada perempuan lebih tinggi dibanding penderita laki-laki.

Ekspedisi Mudik 2024

Pada tingkat internasional, sesuai data badan kesehatan dunia WHO, penyakit kanker menduduki urutan kedua setelah kadiovaskuler. Sementara hasil riset yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada 2007 menyebutkan, penyakit kanker menduduki urutan keenam diantara deretan penyakit berbahaya lain.

Prevalensi adalah seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang. Cara perhitunganya dengan membagi jumlah orang yang memiliki penyakit dengan jumlah  populasi penduduk yang disurvei.

Ali menjelaskan, tingginya hasil survei di DIY memiliki hubungan erat dengan pengetahuan penduduk sekaligus kesadaran dan upaya pendataan yang dilakukan oleh petugas.

“Tertinggi belum tentu jumlahnya terbanyak. Diharapkan dengan pendataan dan kesadaran yang bagus maka dapat dilakukan upaya sejak dini,” tutur Ali saat menghadiri acara Jalan Sehat dan Senam Bersama Yayasan Kanker Indonesia di Halaman Jogja Expo Center, Minggu (3/6).

Pada acara tersebut, sedikitnya 2.000 warga terlibat dan Yayasan Kanker Indonesia Cabang DIY menyelenggarakan konsultasi kanker gratis bagi peserta. Hadir membuka acara Wakil Gubernur DIY Pakualam IX, Ketua YKI DIY Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Bupati Bantul Sri Suryawidati, dan Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu.

Wakil Gubernur Paku Alam IX menyatakan keprihatihatinannya atas peningkatan kasus kanker di Indonesia.  Padahal, penyakit kanker bisa disembuhkan bila dideteksi sejak awal. “Pada banyak kasus, penderita baru berobat setelah kanker memasuki stadium 3 sehingga sangat sulit disembuhkan.”

Adapun Gusti Kanjeng Ratu Hemas menjelaskan hambatan lain dalam penanggulangan penyakit kanker adalah kecenderungan penderita untuk menempuh cara pengobatan alternatif. “Kebanyakan penderita sudah tahu kena kanker tetapi memilih ke alternatif. Mereka baru ke rumah sakit ketika  sudah dalam stadium yang sangat terlambat.”

Oleh karena itu, GKR Hemas menyatakan perlunya kerja keras semua pihak agar kesadaran penanganan dini secara medis meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya