SOLOPOS.COM - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat menjenguk Sulami "Manusia Kayu" di RS dr. Moewardi, Jl. Kolonel Sutarto, Jebres, Kota Solo, Jateng, Rabu (25/1/2017). (Instagram-@ganjar_pranowo)

Penyakit langka, manusia kayu asal Sragen, Sulami, tak jadi dioperasi.

Solopos.com, SOLO — Tim dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moewardi Solo batal mengoperasi Sulami, 35, perempuan penderita ankylosis spondylitis atau punggung bambu asal Selorejo, Mojokerto, Kedawung, Sragen.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sebagai gantinya, tim dokter akan memberikan sejumlah treatment atau perawatan untuk mengembalikan fungsi tubuh Sulami agar tidak terlalu bergantung pada orang lain. Anggota tim dokter, Rieva Ermawan, mengatakan dengan kondisi yang saat ini dialami Sulami, yang paling mungkin adalah mengoptimalkan agar kualitas hidupnya lebih baik dengan berbagai cara seperti rehabilitasi medis dan pemberian alat-alat bantu.

“Salah satu caranya dengan terapi pengobatan. Medica mentosa [obat-obatan] yang kami berikan secara riset sudah ada pembuktian mampu membuat lebih rileks. Dengan rileks, harapannya rehabilitasi untuk pelemasan otot dan infeksi lebih mudah,” kata dia.

Ekspedisi Mudik 2024

Ia mengungkapkan kasus semacam ini ada dalam literatur. Di Indonesia, kasus semacam ini memang  terbilang jarang.

Anggota tim dari bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi Noer Rochma, mengatakan ada kekakuan dari tulang leher, punggung, dan anggota gerak atas serta bawah. Keterbatasan ruang gerak sendi membuat kegiatan Sulami menjadi sangat terbatas.

“Dalam program rehabilitasi kami melakukan cara untuk mengoptimalkan fungsi yang ada saat ini agar pasien bisa melakukan kegiatan sehari-hari sendiri,” kata dia.

Ia menjelaskan masalah yang dihadapi Sulami antara lain adalah transfer (perpindahan), misalnya dari tidur harus langsung berdiri. Untuk melakukan hal itu, Sulami membutuhkan bantuan.

“Satu pemikiran saya agar dari tidur bisa berdiri dengan alat bantu. Tapi kami akan melihat dulu di rumahnya apakah memungkinkan,” terangnya.

Masalah lain adalah gangguan keseimbangan saat berjalan. Selama ini Sulami hanya dibantu dengan tongkat. Hal itu sangat riskan karena risiko terjatuh cukup besar.

“Kami akan mencoba quatry pod atau tongkat kaki empat. Itu lebih balance [seimbang], lebih tegak,” imbuhnya.

Selanjutnya ada kekakuan pada mandibula (rahang bawah). Itu berpengaruh pada pemenuhan nutrisi  dari makanan. Tim dokter akan mengupayakan agar Sulami bisa makan sehingga nutrisi tetap terpenuhi dengan baik.

“Kami akan beri latihan-latihan untuk tulang rahang bawah. Kira-kira bisa mengoptimalkan agar bisa mengunyah. Kalau menelan tak ada masalah,” ucap dia.

Selama ini pasien bisa makan sendiri dengan sendok yang disambung dengan kayu. Alat itu memang sederhana. Dokter akan memodifikasi sendok/garpu agar Sulami bisa mengambil makanan dan latihan mengunyah.

“Dalam hal toileting kami juga akan memberi alat bantu sikat modifikasi sehingga dia bisa melakukan sendiri BAB atau BAK. Kami juga akan mengoptimalkan fungsi pernapasan. Keseluruhan program ini kami buat agar bisa diterapkan di rumah sehingga pasien tak tergantung pada orang lain,” papar dia.

Sementara itu, saat ditemui di Bangsal Mawar I kamar 3E RSUD dr. Moewardi, Sulami tengah mendengarkan radio. Radio itu ia taruh di perutnya. Sesekali ia tersenyum kepada awak media yang datang. Ia tak banyak berkata-kata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya