SOLOPOS.COM - Bupati Yuni Sukowati (kiri) berdialog dengan Rodiyah, 37, manusia kayu asal Dukuh/Desa Jeruk, RT 020, Kecamatan Miri, Sragen saat berkunjung bersama tim DKK Sragen, Jumat (27/1/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Penyakit langka yang dialami Sulami ternyata juga dialami warga Jeruk, Miri Sragen.

Solopos.com, SRAGEN — Penyakit langka dialami Sulami, warga Kedawung Sragen bernama  ankylosis spondylitis atau punggung bambu atau rematik sistemik. Sulami sering disebut sebagai manusia kayu asal Sragen. Namun ternyata tak hanya Sulami yang menderita penyakit langka itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ada Rodiyah, 37, warga Dukuh/Des Jeruk RT 020, Miri, Sragen yang juga mengalami penyakit langka punggung bambu. Penyakit langka ini membuat tubuh penderita kaku, bagian-bagian persendian tak bisa menekuk.

Hari Jumat (27/1/2017) pagi, rumah sederhana yang dihuni sepasang orang tua lanjut usia, Katiman, 80, dan istrinya, Siti Natun, 79, tiba-tiba ramai pengunjung. Para pimpinan kecamatan, seperti Kapolsek, Camat, dan pejabat Koramil, sampai legislator DPRD berkerumun di halaman rumah Katiman. (Baca: Sulami Ditangani 7 Dokter Spesialias)

Tak ketinggalan para pejabat dari Dinas Kesehatan (DKK) Sragen dan Puskesmas Miri juga turut membaur di kerumunan itu Hujan deras yang menguyur Dukuh/Desa Jeruk RT 020, Kecamatan Miri, pada Jumat (27/1) siang tak dihiraukan mereka.

Mereka bertahan di rumah Katiman karena ada tamu agung yang bakal hadir hari itu. Tamu itu tidak lain Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati yang bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Tatag Prabawanto dan sejumlah pejabat eselon II lainnya. Pelaksana Tugas Kepala DKK Sragen Hargiyanto dan Kepala Dinas Sosial Supriyatno turut satu mobil dengan Bupati.

Rodiyah, 37, anak bungsunya Katiman dan Siti Natun hanya bisa terbaring tak berdaya di amben kayu dengan lis besi stainsless. Ia anak ke tujuh dari tujuh bersaudara yang masih tinggal bersama orang tuanya.

Ia ingin sekali menyambut kedatangan Bupati tetapi apalah daya karena ia tak mampu mengangkat tubuhnya. Siti setia menemani anak perempuannya. Sementara Katiman hanya bisa duduk di kursi sedan.

Jarum jam menunjuk pukul 13.00 WIB. Rombongan bupati pun tiba. Yuni disambut warga dan para pejabat Kecamatan Miri. Seumur-umur, Siti dan Katiman baru kali ini dikunjungi Bupati. Demikian pula dengan Rodiyah yang pasrah dengan penyakit tak menyangka bila ada perhatian serius dari orang nomor satu di Sragen itu. Yuni memperhatikan Rodiyah. “Senin [30/1] besok, dirujuk ke [RSUD] Moewardi Solo ya?” tanya Yuni.

“Inggih [iya], Bu,” jawab Rodiyah lirih. Yuni pun lega dengan jawaban singkat itu. Ia tinggal memastikan anggota keluarga yang bersedia menunggui Rodiyah selama menjalani pemeriksaan di Solo. “Salat juga ya! Tetap semangat ya!” pinta Yuni seraya menyerahkan paket sembako kepada Siti. Rodiyah kembali menjawab permintaan Yuni dengan satu kata yang sama.

Penyakit yang diderita Rodiyah sama persis dengan penyakit yang diderita Sulami, 35, warga Selorejo, Desa Mojokerto, Kecamatan Kedawung, Sragen. Para dokter menyebut penyakit itu dengan istiah ankylosis spondylitis atau punggung bambu atau rematik sistemik. Bidan Desa Jeruk, Subiati, sejak awal memantau perkembangan penyakit Rodiyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya