SOLOPOS.COM - Hanifah digendong ibunya. (Shoqib A/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Nama bayi ini Hanifah Aurelia Febianingrum. Anak kedua dari pasangan Hanafi, 34, dan Sri Rahayu, 34, itu lahir normal dengan bantuan bidan desa pada 4 Februari 2013.

Beberapa hari setelah dilahirkan, Hanifah sama seperti bayi pada umumnya yang hanya bisa menangis dan minum asi. Namun, keanehan mulai muncul saat Hanifah menginjak usia tiga pekan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ketika mau pipis, dia selalu menangis. Setelah kami amati, ternyata kotoran dalam perutnya keluar bersama air kencing. Kami baru sadar jika anusnya tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya,” tandas Sri Rahayu saat ditemui wartawan di rumahnya di Dusun Ngerangan, Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten, Jumat (16/8/2013).

Ekspedisi Mudik 2024

Ibarat disambar petir di siang bolong, Sri Rahayu seakan tak percaya terhadap apa yang menimpa putrinya. Kegundahannya semakin menjadi ketika dokter rumah sakit mengharusnya putrinya yang saat itu masih berusia satu bulan untuk dioperasi.

“Anak saya harus dioperasi untuk pembuatan lubang tempat keluarnya kotoran di perut sebelah kiri. Saat itu dibutuhkan biaya hingga Rp11 juta,” paparnya.

Sri Rahayu dan Hanafi benar-benar dibuat bingung dari mana mendapatkan uang sebanyak itu. Suaminya hanya bekerja sebagai pedagang warung hik di depan rumahnya. Dalam sehari, dia biasa mendapatkan penghasilan kotor mulai Rp25.000 hingga Rp30.000.

“Desa ini terkenal sebagai desa warung hik karena sebagian besar warganya berdagang warung hik. Karena sudah banyak warga yang buka warung hik, penghasilan kami ya tidak seberapa,” tandas Hanafi.

Butuh waktu bertahun-tahun bagi Hanafi jika ingin mengandalkan penghasilannya untuk biaya operasi putrinya. Penghasilan itu juga belum memberi jaminan biaya operasi putrinya.

“Mau tidak mau, kami harus berutang ke sana-sini. Kami juga menjual seekor sapi supaya putri kami bisa dioperasi,” papar pria lulusan STM jurusan permesinan ini.

Dengan bekal uang itu, operasi pembuatan lubang tempat keluar kotoran di perut Hanifah berjalan lancar. Namun, ujian tidak berhenti sampai di situ. Hanifah harus kembali dioperasi untuk menormalkan lubang anus saat usianya menginjak empat bulan.

“Operasi kedua ini membutuhkan biaya Rp15 juta. Sampai sekarang usia putri kami sudah enam bulan, tetapi operasi kedua belum dilakukan akibat ketiadaan biaya,” jelas Hanafi.

Sudah tidak ada lagi harta benda yang bisa dijual. Kendati sudah memiliki dua anak, Hanafi masih tinggal satu atap dengan mertuanya. Rumah berlantai tanah itu dihuni oleh empat kepala keluarga (KK). Supaya tidak menggangu kenyamanan satu sama lain, rumah yang berukuran 12×7 meter persegi tersebut disekat dengan bahan kayu triplek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya