SOLOPOS.COM - Sulami, 34, berbaring sambil mengaji ayat-ayat suci Alquran untuk mengisi Ramadan di kediamannya di Dukuh Selorejo Wetan RT 031, Desa Mojokerto, Kecamatan Kedawung, Sragen, Selasa (30/5/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Penyakit langka dialami Sulami hingga dia mendapat julukan manusia kayu.

Solopos.com, SRAGEN — Sulami warga Sragen yang mendapat julukan manusia kayu asal Sragen mengisi kegiatan ramadan dengan membaca ayat suci Alquran.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Lantunan suara bacaan ayat-ayat Illahi terdengar lirih dari ruang tamu. Suara itu datang dari dalam kamar berukuran 3x 4 meter dengan dua daun pintu berpasangan.

Kamar dengan langit-langit gypsum warna putih itu milik Sulami, 34, gadis penderita penyakit bamboo spine atau angkylosis spondylitis asal Dukuh Selorejo Wetan RT 031, Desa Mojokerto, Kecamatan Kedawung, Sragen.

Ekspedisi Mudik 2024

Sulami membaca beberapa ayat Surat Ar-Rahman sambil berbaring. Alquran dipegang kedua tangannya dengan posisi tangan lurus karena persendian siku tak berfungsi.

Dalam posisi menengadah dan jarak baca hampir 1 meter antara mata dan Alquran. Cara baca seperti ituu tak lazim dilakukan orang pada umumnya.

Penyakit langka itu tak bisa disembuhnya. Sulami sadar dengan kondisinya karena tim medis RSUD dr. Moewardi Solo sudah berusaha maksimal. Sulami hanya bisa pasrah dengan takdir Tuhan. Ia tak putus asa.

Ia hanya bisa berharap di sisa hidupnya bisa memperbanyak ibadah sebagai bekal menghadap Sang Khalik. Pada bulan suci Ramadan, Sulami pun menjalankan kewajiban agamanya untuk berpuasa.

“Saya mulai puasa pada Minggu (28/5) karena pada hari pertama puasa masih datang bulan. Setiap hari ya hanya berbaring di ranjang ini sambil membaca Alquran. Dalam sehari minimal bisa satu juz selesai dan kadang juga lebih,” ujarnya sembari berbaring dengan tongkat bambu kering sepanjang dua meter di sebelahnya saat berbincang dengan wartawan, Selasa (30/5/2017) siang.

Tongkat besi stainless pemberian dari pemerintah hanya tergeletak di samping lemari plastik setinggi 1,5 meter. Ia dijanjikan pihak RSUD untuk mendapatkan ranjang tidur berteknologi tinggi yang memudahkannya untuk bangun dan tidur.

Namun yang dijanjikan itu hingga kini belum diterima Sulami. Kendati demikian, Sulami merasa nyaman dengan rumah barunya yang baru ditinggali sebulan terakhir.

“Sekarang saya tidak berpikir keinginan duniawi. Saya lebih baik memperbanyak beribadah untuk bekal akhirat,” ucapnya.

Rumah Baru

Ya, rumah baru itu berukuran 4 meter x 14 meter. Rumah yang dulu berlantai tanah kini berubah menjadi berlantai keramik mulai dari teras hingga kamar mandi. Sebuah sofa bermotif batik juga menghiasi ruang tamu Sulami.

Ruang itu juga dilengkapi dengan televisi LCD dan VCD player. Di bagian belakang ada dapur kecil yang bersebelahan dengan kamar mandinya yang berukuran 2 meter x 3 meter. Bak mandi portable, shower, dan closeh jongkok menjadi pelengkap kamar mandi itu.

Ginem, 81, masih setia menemani cucu kesayangannya. Kendati Ginem memiliki kamar yang luasnya sama dengan kamar tidur Sulami tetapi Ginem masih tidur bersama Sulami.

Ginem yang selama ini masih memasak untuk kebutuhan hidup Sulami. Ia menunjukkan sendok garpu yang diikatkan dengan batang bambu sepanjang 50 cm. Sendok itu dibuat sendiri oleh Sulami dan adik kembarnya saat masih hidup. Sendok itulah yang digunakan Sulami untuk makan sendiri.

“Nasinya harus lemes agar bisa diambil dengan sendok garpu. Kalau saya di rumah ya saya suapin. Sulami itu makannya susah. Katanya kalau untuk menelan tenggorokannya susah. Minum saja segelas besar itu tidak habis dalam sehari,” kata Ginem.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya