SOLOPOS.COM - Dirjen Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial, Hartono Laras (kanan), mengunjungi Sulami di RSUD dr. Moewardi Solo, Sabtu (28/1/2017). (JIBI/Solopos/Istimewa)

Penyakit langka, perempuan Sragen berjuluk manusia kayu, Sulami, saat ini dirawat di RSUD dr. Moewardi.

Solopos.com, SOLO — Sulami, perempuan penderita ankylosis spondylitis atau punggung bambu asal Selorejo, Mojokerto, Kedawung, Sragen, saat ini dirawat secara intensif di RSUD dr. Moewardi, Solo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ditangani tujuh dokter spesialis, biaya pengobatan perempuan berusia 35 tahun ini diperkirakan mencapai Rp480 juta. Besarnya biaya yang mesti dikeluarkan untuk menangani Sulami ini terungkap setelah Kementerian Sosial melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Hartono Laras, datang menjenguk, Sabtu (28/1/2017) siang.

Dalam kunjungan tersebut, ia sempat berdialog dengan tim dokter yang kemudian memaparkan kebutuhan biaya pengobatan warga Kedawung, Sragen, tersebut. “Kami mendapat laporan dari tim dokter soal kebutuhan biaya pengobatan Sulami ini hingga Rp480 juta, tapi itu baru hitungan kasar dan belum mendetail. Itu ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial [BPJS], sementara Kemensos menjamin seluruh biaya pendukung baik untuk Sulami maupun untuk keluarga,” papar dia, kepada wartawan. (Baca juga: Sulami Manusia Kayu Asa Sragen Dirawat di Solo, Bantuan Biaya Hidup Rp2,3 Juta)

Besarnya biaya yang harus dikeluarkan ini lantaran ankylosis spondylitis merupakan penyakit yang sangat langka. Belum banyak pihak yang bisa mengatasi ini. Alhasil, penanganan penyakit ini bisa digunakan untuk objek penelitian.

Hartono menambahkan RS Cipto Mangunkusumo dan RS dr. Sarjito mengajukan diri untuk merawat Sulami. Akan tetapi, karena masih dalam tahap observasi, ia tetap ditempatkan di RSUD dr. Moewardi.

Setelah ada penanganan lebih lanjut, baru tim dokter bisa memutuskan langkah berikutnya.  “Kebutuhan keluarga mesti diperhatikan. Mereka harus bolak-balik dari Sragen ke Solo. Keluarga butuh bantuan operasional untuk ini. Selama ini ia hanya dirawat sang nenek yang sudah lanjut usia. Maka dari itu, Kemensos akan membantu ini,” imbuhnya.

Bantuan itu untuk mendukung kebutuhan sehari-hari Sulami dan keluarga, seperti bantuan beras sejahtera (rastra) setiap bulan 15 kilogram, program keluarga harapan (PKH), bantuan rehab rumah tidak layak huni (RTLH) senilai Rp15 juta, dan asistensi lanjut usia (aslut) senilai Rp200 ribu per bulan untuk sang nenek. Sementara terkait kesehatan, keluarga sudah mendapatkan jaminan kesehatan melalui program Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Di sisi lain, Kemensos mengapresiasi Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) yang cukup sigap menangani Sulami dan keluarga yang termasuk kurang mampu ini. Setelah Sulami terpublikasi, sebenarnya Sragen juga ditemukan kasus yang sama yang menimpa Rodiyah,  warga Watubuncu, Desa Jeruk, Kecamatan Miri. (Baca juga: Tak Hanya Sulami, Warga Miri Juga Jadi Manusia Kayu asal Sragen)

Kondisi perempuan berusia 37 tahun itu cukup parah karena badan tidak bisa digerakkan, termasuk jari-jari tangan dan pergelangan kaki.  “Rodiyah akan dibawa ke RSUD dr. Moewardi, Senin [30/1/2017]. Kondisinya justru lebih parah daripada Sulami,” jelas Tim Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Tangen, Widowati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya