SOLOPOS.COM - Bayi lima bulan yang divonis menderita atresia bilier, Zyuwana Alea Kizzy Krisnadani, digendongs ang ibu, Ika Triyasari, 32, di rumah mereka di Dukuh Klampengan, RT 003/RW 005, Desa Meger, Kecamatan Ceper, Klaten, Kamis (27/4/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Penyakit langka, seorang bayi asal Klampengan Caper Klaten divonis menderita atresia bilier.

Solopos.com, KLATEN — Seorang bayi berusia lima bulan asal Klaten, Zyuwana Alea Kizzy Krisnadani, divonis menderita penyakit langka atresia bilier. Biaya operasi untuk menyembuhkan putri pasangan Aldi Krisnadani, 30, dan Ika Triyasari, 32, warga Dukuh Klampengan, RT 003/RW 005, Desa Meger, Kecamatan Ceper, Klaten, itu diperkirakan mencapai Rp1,6 miliar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Atresia bilier adalah kondisi bawaan (kongenital) di mana terjadi penyumbatan pada tuba (saluran) yang membawa cairan empedu dari hati ke kandung empedu. Atresia bilier terjadi ketika saluran empedu di dalam atau di luar hati tidak berkembang secara normal.

Pada Kamis (27/4/2017) sekitar pukul 10.00 WIB, Ika Triyasari tampak menenangkan putrinya di rumahnya di Klampengan. Agar Kizzy cepat tenang, Ika menggendong serta menyusuinya. Sekitar 15 menit, sang buah hati sudah tertidur.

Ekspedisi Mudik 2024

“Karena semalam rewel makanya ini tidur. Biasanya tidak tidur saat siang,” kata Ika sembari mengayun-ayunkan anak keduanya itu.

Sekilas, Kizzy terlihat normal seperti bayi pada umumnya. Penyakit yang diderita Kizzy itu diketahui saat bayi itu berumur sekitar dua bulan. Ika menceritakan saat itu ia curiga dengan kondisi mata serta air kencing berwarna kuning. “Di bagian matanya itu ada semburat warna kuning. Saya juga curiga kok pipisnya berwarna kuning,” kata Ika.

Melihat hal tersebut, Ika lantas menanyakan ke bidan desa setempat. Ia sempat disarankan untuk menjemur Kizzy saat pagi. Namun, tak ada perubahan pada tubuh Kizzy meski beberapa kali dijemur hingga Kizzy dirujuk untuk dibawa ke rumah sakit.

Ika dan suaminya lantas membawa Kizzy ke sejumlah rumah sakit di Klaten hingga bayi yang lahir pada 2 November 2016 itu dirujuk ke RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta. Ika menjelaskan dari hasil pemeriksaan, Kizzy divonis menderita Atresia Bilier.

Setelah kembali menjalani pemeriksaan oleh tim dokter, lingkar kepala Kizzy tak sempurna karena saat umur dua bulan hanya sekitar 36 sentimeter dari seharusnya 37 sentimeter. Selain itu, Kizzy mengalami Spina bifida atau cacat lahir yang ditandai dengan terbentuknya celah pada tulang belakang.

Jantung Bocor

Dari hasil pemeriksaan, jatung Kizzy juga diketahui mengalami kebocoran. “Kata dokter, bocornya jantung masih bisa tersumbat dengan sendirinya. Namun, jika sampai usia empat tahun kebocoran jantung itu belum tertutup nanti tetap harus dioperasi,” kata dia.

Ika menjelaskan saat usia dua bulan Kizzy sudah menjalani operasi kasai atau pembuatan saluran pengganti empedu. Operasi itu belum cukup untuk mengobati penyakit Kizzy. Ia harus menjalani cangkok hati agar Atresia Bilier yang dialami anaknya segera sembuh.

“Agar hatinya tidak cepat rusak, kemarin dilakukan operasi kasai. Hatinya adik sudah menghitam. Kemarin dokternya sudah bilang, paling tidak untuk operasi pencangkokan hati dilakukan saat umur setahun,” kata dia.

Ika menuturkan berdasarkan keterangan dokter, biaya operasi pencangkokan hati sekitar Rp1,6 miliar.

“Kizzy sudah memiliki jaminan kesehatan dikelola BPJS yang dikaver pemerintah. Jaminan itu hanya bisa mengkaver biaya maksimal Rp200 juta-Rp250 juta. Sementara, total biaya mulai dari screening hingga operasi cangkok hati sekitar Rp1,6 miliar,” urai dia.

Berbagai upaya serta bantuan berdatangan untuk membantu pembiayaan operasi pencangkokan hati Kizzy. Hal itu seperti yang dilakukan warga di sekitar rumahnya termasuk upaya menggalang dana melalui media sosial.

Ika menjelaskan hampir setiap pekan ia membawa putrinya ke RSUP dr. Sardjito untuk pemeriksaan. Biaya yang dikeluarkan untuk kontrol sedikitnya Rp100.000 diantaranya untuk transportasi, makan, hingga sejumlah obat yang belum bisa terkaver jaminan kesehatan.

Sejak melahirkan hingga mengetahui putrinya mengalami penyakit itu, Ika memutuskan berhenti bekerja sebagai karyawan pabrik plastik di wilayah Colomadu, Karanganyar, guna fokus merawat sang buah hati. Kebutuhan hidup sehari-hari hanya mengandalkan gaji suaminya bekerja sebagai buruh dengan gaji sekitar Rp1,5 juta/bulan.

“Selama tiga bulan terakhir suami saya bekerja di Kartasura. Terkadang juga serabutan di rumah untuk menambah penghasilan,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya