SOLOPOS.COM - Persediaan pupuk bersubsidi di Gudang Distributor PT Murni Sri Jaya Bener, Ngrampal, Sragen, Selasa (18/10/2022) siang.(Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SRAGEN — Para petani di Kabupaten Sragen dibuat kalang kabut dengan serbuan penyakit kerdil. Sebab penyakit itu membuat tanaman tidak bisa tumbuh dengan baik, sehingga produksi padi petani mengalami penurunan secara signifikan.

Seperti disampaikan Supomo, 45, petani asal Karangrejo, Bener, Ngrampal, Sragen, saat diwawancara Tim Ekspedisi Pangan 2022 Solopos Media Group (SMG), Selasa (18/10/2022). Program Ekspedisi Pangan 2022 adalah program kolaborasi Solopos dengan PLN, Pupuk Indonesia, Bulog, Perhutani, Perkebunan Nusantara atau PTPN, dan Nasmoco Group.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepada Tim Ekspedisi, Supomo mengungkapkan, lahan pertanian miliknya seluas satu hektare kena penyakit tanaman kerdil tersebut.

“Lahan yang satu hektare kena penyakit kerdil, sehingga hasil panen atau produktivitasnya berkurang lebih dari 50 persen. Bila normalnya bisa dapat 7,5 ton hingga sembilan ton per ha, sekarang hanya dapat 3,6 ton,” ujar dia.

Supomo mengaku tidak tahu persis penyebab penyakit kerdil yang menyerang tanaman padi. Dia juga belum tahu apa solusi untuk mengatasi penyakit itu. “Sebenarnya petani rugi. Tapi ini yang ngasih Gusti Allah ya diterima,” kata dia.

Baca Juga: Tim Ekspedisi Pangan Kunjungi Gudang Pupuk Sragen, Lihat Mekanisme Distribusi

Curah Hujan Tinggi

Direktur PT Murni Sri Jaya, selaku distributor pupuk bersubsidi di Sragen, Muhammad Shodiq Nugroho, 25, menuturkan solusi atas persoalan penyakit kerdil pada tanaman padi yang sedang terjadi yaitu pemupukan berimbang.

“Penyebab penyakit kerdil salah satunya curah hujan tinggi yang mengandung unsur nitrogen. Lah itu ketika tanah menjadi asam itu pertumbuhan akar tanaman menjadi kurang baik. Penyebab lain hama seperti orong-orong,” tutur dia.

Binatang itu ketika berada di dalam tanah akan menggerogoti akar tanaman padi sehingga mati atau tidak tumbuh optimal. Shodiq menjelaskan, tanah pertanian ketika diberi pupuk kimia terus menerus lama kelamaan menjadi keras.

“Butuh unsur organik. Ketika tanahnya bagus, unsur hara di dalamnya kan juga banyak. Jadi kan pupuk organik bisa menyerap pupuk kimia, sehingga bagus. Jadi tanah dan pupuk kimia harus imbang dengan pupuk organik,” urai dia.

Baca Juga: Bulog Punya Beras Bergizi Pencegah Stunting, Bisa Dibeli Offline atau Online

Penuturan senada disampaikan pemilik UD Barokah Indah Group Kroyo, Karangmalang, Sragen, Bayu Aji, 52. Menurut dia pemupukan berimbang adalah pemupukan dengan memberikan unsur-unsur sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.

“Berimbang yang paling praktis pakai NPK. Nitrogen itu urea ada, P itu SP 36, kalsium itu atau KCL. Selesai. Jadi kepepetnya petani, kalau urea tidak ada bisa pakai Phonska, tanpa yang lain. Karena di Phonska sudah pupuk lengkap,” kata dia.

Bayu menjelaskan penyakit kerdil pada tanaman padi disebabkan oleh tingginya unsur asam di lahan pertanian. Unsur asam itu masih tertinggal dari upuk urea yang digunakan petani. Kondisi diperparah jarak tanam yang sangat dekat.

“Teorinya N atau urea masih tersisa di tanah 40 an persen. Solusinya, habis panen, damen disebar, dibakar. Ketika bakar itu, N ditanah naik, menguap. Tapi sekarang damen dijual, jarak tanam sekarang juga tak sampai 20 hari,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya