SOLOPOS.COM - Ilustrasi prostitusi (Dok/JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, SLEMAN- Merebaknya penyakit kelamin menular di Kecamatan Cangkringan membuat kalangan kepala desa resah. Terlebih, banyak sopir truk pasir setiap hari keluar masuk desa untuk keperluan pengambilan pasir merapi.

Hanya saja, kepala desa belum dapat memastikan apakah pihak sopir truk pasir lah biang dari penyebaran penyakit alat kelamin di Cangkringan tersebut.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Dua kepala desa di Kecamatan Cangkringan memastikan lokasi penambangan pasir merapi yang ada wilayah tugasnya tidak terdapat warung-warung remang yang biasa menjadi tempat pelacuran. Profesi sopir juga tidak seluruhnya hobi ‘jajan’ diluar seperti kesan selama ini melekat.

“Saya kok yakin sekali ya kalau di lokasi penambangan pasir Desa Kepuharjo dipasitikan steril dari kegiatan dan praktik pelacuran. Tidak ada warung-warung remang maupun tempat keramaian malam di desa kami,” kata Heri Suprapto, Kades Kepuharjo dihubungi Harian Jogja, Senin (25/11/2013).

Menurut Heri, setiap sopir datang ke lokasi penambangan untuk mengambil pasir, mereka tidak punya waktu yang leluasa. Sopir tidak banyak waktu untuk bisa bermain atau meluangkan ‘mampir jajan’.

“Kalau pun sopir ada waktu itu mau dimana. Lah wong di desa saya bersih dari pelacuran kok. Tapi kalu di luar Kepuharjo ya kami enggak tahu,” tambahnya.

Heri menambahkan memang karakteristik masyarakatnya sangat beragam mulai dari warga yang bekerja ke luar daerah sampai adanya kegemaran ‘jajan’ diluar.

“Tapi ini perkiraan saya saja. Itu karena pasangan muda yang mungkin bosan dengan pasangan hidupnya lalu nekad jajan diluar tanpa berpikir resikonya. Model kayak begitu kan banyak dijumpai dimana-mana tidak hanya di Kepuharjo,” tambahya lagi.

Heri meyakinkan di desanya tidak terdapat usaha penginapan atau hotel yang rentan menjadi sarang pelacuran. Namun demikian kepala desa yang terkenal siap melayani masyarakat 24 jam ini tidak menampik sudah mendengar hasil temuan Puskesmas Cangkringan terkait merebaknya penyakit ngeri itu.

Sejak mendengar kabar tersebut, Heri telah mengajukan permintaan ke Pemkab Sleman memberikan sosialisasi masyarakat delapan dusun di Kepuharjo agar memahami persoalan.

“Kami malah sudah mengajukan permintaan untuk dilakukan sosialisasi tapi sampai sekarang belum ada. Seminggu kemarin surat pengajuan sudah kami kirimkan,” imbuh Kades Kepuharjo.

Kepala Desa Umbulharjo Bejo Mulyo juga tidak berani memastikan bahwa penyakit kelamin yang banyak merebak di masyarakat dibawa kalangan sopir truk pasir yang sering singgah di desanya.

“Itu data kapan sebelum erupsi atau sesudah erupsi. Kalau dulu iya, saya pernah dengar memang rentan penyakit jenis itu,” tangkis Bejo.

Ia memastikan tidak ada warung remang tempat mangkalnya PSK di desa dipimpin. “Desa ini saya jamin streril praktik esek-esek,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya