SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Penyakit berbahaya, Tuberculosis Multidrug Resistant (TB- MDR) di Bantul ditemukan tujuh kasus

Harianjogja.com, BANTUL- Penderita penyakit Tuberculosis Multidrug Resistant (TB- MDR) perlu mendapatkan penanganan yang intensif, pasalnya jenis penyakit ini merupakan penyakit TB namun dengan golongan kebal obat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul hingga saat ini sudah mendata sebanyak kurang lebih tujuh orang menderita penyakit yang berasal dari virus tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Kabupaten Bantul Prambudi Dharmawan mengatakan, untuk saat ini di Bantul memang sudah ada penderita TB-MDR, jumlahnya dibawah 10 orang.

Bukan berarti jika sudah kebal obat pasien tidak bisa sembuh, bisa sembuh namun dengan penanganan yang lebih intensif dan dengan mengkonsumsi obat yang lebih banyak.

“Penderita TB kebal obat atau TB-MDR ini dapat diketahui setelah pengobatan tahap pertama dan kedua sejak mengidap penyakit TB tidak kunjung menunjukkan kondisi membaik, kemudian untuk memastikan pasien akan dicek dahaknya untuk mengetahui secara pasti jika sudah menderita TB-MDR,” ujarnya saat ditemui di Kantor Dinkes Bantul, Jumat (29/4/2016).

Pramudi mengatakan ketika penderita TB-MDR, pasien yang bersangkutan harus menjalani pengobatan secara intensif selama dua tahun, dengan tahap enam bulan pertama untuk pengobatan rutin, kemudian dengan pengobatan tahap lanjutan selama satu setengah tahun.

“Pengobatan untuk penderita TB-MDR dilakukan secara rutin setiap hari, pasien harus meminum obat sebanyak 19 butir obat-obatan dengan ditambah pengobatan dengan disuntik. Penderita TB-MDR juga diwajibkan menggunakan masker dalam kondisi apapun untuk menghindari penularan dan penyebaran virus,” katanya.

Sementara itu menurut Prambudi dalam menangani satu pasien TB-MDR dalam biaya pengobatan akan menghabiskan biaya mahal mencapai 200 juta rupiah. Dan selama ini pengobatan bagi para pasien tersebut masih bergantung pada bantuan dari luar negeri.

“Dengan demikian seharusnya pasien menyadari betul itu, agar yang sudah terkena penyakit tersebut untuk intensif memeriksakan diri dan melakukan pengobatan secara rutin tanpa putus hingga benar-benar sembuh. Bagi pemerintah sebaiknya juga segera dipikirkan bagaimana nanti penanganan pengobatan bagi pasien TB-MDR jika bantuan dari luar sudah terputus,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya