SOLOPOS.COM - Ilustrasi rob si jalur Semarang-Demak. (Antara)

Solopos.com, SEMARANG — Pakar oseanografi Universitas Diponegoro (Undip) Denny Nugroho Sugianto mengatakan wilayah hingga 9,79 km dari garis pantai Kota Semarang rata-rata mengalami penurunan tanah 5cm hingga 13 cm per tahun. Kondisi itu tidak dapat dipisahkan dengan pengambilan air bawah tanah yang tidak terkendali.

"Dari perhitungan data GPS Geodetik, laju penurunan tanah Kota Semarang mencapai 5 cm hingga 13 cm," kata Denny di Kota Semarang, Jawa Ten gah, Jumat (15/11/2019).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip tersebut mengatakan penurunan tanah paling parah yang terjadi di area sekitar 83,04 km2 terjadi di Kawasan Tanjung Emas. Untuk mencegah terjadinya penurunan tanah yang lebih parah maka pengambilan air bawah tanah yang tidak terkendali itu harus dihentikan, ujar Denny.

Selain penurunan tanah, menurut dia, Kota Semarang juga mengalami fenomena peningkatan muka air laut yang relatif tinggi di banding kawasan pesisir lainnya. Dari hasil analisis data satelit altimetri dan observasi pasang surat, peningkatan tinggi muka air laut di wilayah Kota Semarang mencapai 9,27 mm/tahun.

Peningkatan muka air laut tersebut jauh dibanding yang terjadi di Jakarta yang mencapai 4,38 mm atau di Surabaya yang mencapai 5,47 mm/tahun. Kenaikan tinggi muka air laut di wilayah Kota Semarang selama kurun waktu 1994 hingga 2014 telah mengakibatkan mundurnya garis pantai yang mencapai 1,43 km hingga 1,74 km.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya