SOLOPOS.COM - Jeremy Allan tinggal di Jogja dalam dua tahun terakhir untuk merampungkan tulisannya (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Jeremy Allan tinggal di Jogja dalam dua tahun terakhir untuk merampungkan tulisannya (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia justru karena sebuah ketidaksengajaan. Konon katanya, laki-laki kelahiran Vancouver, Kanada ini kehabisan uang saat dalam perjalanan saat berada di Singapura.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Akhirnya, laki-laki yang usianya di ujung kepala lima ini, memutuskan untuk mampir ke negara sebelah, menetap, serta berkarya. Peristiwa menggelikan itu memang sudah lewat 30 tahun tapi bagi Jeremy Allan, tanpa momentum tersebut mungkin jalan hidup memiliki arah yang berbeda.

Penulis buku Jakarta Jive dan Bali Blues ini ingin menunjukkan pada khalayak internasional, Indonesia bagian dari dunia melalui penanya. “Ini yang belum diketahui dunia dan orang Indonesia juga tidak banyak tahu. Negara ini adalah bagian dari dunia, baik dari sejarah maupun kondisi geografisnya,” ungkapnya dalam bahasa Indonesia yang lancar, beberapa waktu lalu.

Dikisahkan Jeremy yang ditemui di Pentingsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, puluhan tahun silam setelah habis perbekalan di perjalanan, seorang kawan menawarkannya untuk bekerja di sebuah perusahaan tambang di Kalimantan sebagai surveyor.

Kebetulan, ia sudah berpengalaman dengan tugas itu saat di Kanada. Pekerjaan menggiringnya pada waktu luang yang akan menguap tak berbekas jika tidak dimanfaatkan. Sekitar dua tahun tinggal di Kalimantan, laki-laki yang juga pernah bekerja sebagai feature writer The Jakarta Post ini pun berpindah tempat ke Sumatera Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam serta masih menjadi tukang survei.

Maka, semakin terbukalah wawasannya tentang Indonesia yang beraneka ragam, kompleks serta berpengaruh terhadap dunia internasional. Misalnya, persoalan gunung berapi di Indonesia yang menjadi ring of fire dan berpengaruh terhadap dinamika Bumi, salah satunya letusan Gunung Tambora pada 1812 yang membuat perubahan besar di dunia.

Misi untuk saling mengenalkan Indonesia dan dunia luar tidak berhenti dengan terbitnya dua buku mengenai kehidupan sosial masyarakat Jakarta pasca-kerusuhan Mei dan Bali setelah tragedi bom. Pasalnya, pertemuannya dengan seorang teman membuatnya kini tengah sibuk menyiapkan buku tentang biografi seorang pilot Amerika yang nyaris tidak tercantum dalam sejarah bangsa Indonesia saat perang kemerdekaan.

Jeremy yang sudah dua tahun ini tinggal di DIY mengungkapkan alasannya menetap di Pentingsari karena suasana tenang. Suasana yang dibutuhkan untuk merampungkan karya dia yang rencananya dipublikasikan awal 2013.

Kendati sudah membuat buku dan didistribusikan ke luar negeri, ia masih mempunyai sebuah pekerjaan rumah yang belum terselesaikan sampai sekarang. Rencananya, ia ingin menerjemahkan karyanya dalam bahasa Indonesia agar bisa dinikmati lebih banyak orang di negeri ini. Namun, kendala yang dihadapi adalah sulitnya menemukan sosok yang dirasa pas untuk menerjemahkan karena harus mengerti konteks dan bukan sebatas teks.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya