SOLOPOS.COM - Para perempuan membuat adonan tepung kanji dan terigu menjadi bualatan pentol sebelum dimasak di Kampung Pentol yang terletak di Dukuh Purworejo I, Desa Blimbing, Sambirejo, Sragen, Senin (26/4/2021). (Espos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN – Pentol Portugal akan menjadi brand bagi warga Purworejo I untuk mengembangkan dukuhnya sebagai tempat wisata dengan nama Kampung Pentol. Sebagai langkah awal, warga membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang dipimpin Ketua Karangtaruna Mandiri Purworejo I, Tri Supriyanto.

Tri memberi nama Pokdarwis-nya dengan sebutan Dupo (Dukuh Purworejo) Setunggal. Kampung pentol ini rencananya dikembangkan di Dukuh Purworejo I, Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo, Sragen, tempat pentol portugal dibuat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca juga: Legend! Jualan Sejak 1987, Pentol Mbah Darto Sragen Paling Favorit

Ekspedisi Mudik 2024

Pentol Portugal

Salah satu pembuatnya adalah Basuki, 47, dan istrinya, Harni, 42. Basuki yang juga Ketua RT 013, Dukuh Purworejo I, tiap hari biasa berkeliling ke pelosok-pelosok desa.

“Dalam sehari biasanya habis 7 kg pentol. Kalau semua pentol habis, saya bisa membawa pulang Rp350.000/hari. Lebaran jadi musim panen bagi pedagang pentol karena hasilnya bisa dua kali lipat dari hari biasa. Saya pernah dapat uang Rp700.000-Rp1.400.000 saat Lebaran,” ujar Basuki saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (26/4/2021) siang.

Basuki juga menjadi Ketua Paguyuban Pedagang Pentol Ngudi Rejeki, Dukuh Purworejo I. Dukuh yang terdiri atas RT 012 dan RT 013 itu dihuni 74 kepala keluarga. Sebanyak 21 kepala keluarga menggantungkan hidup pada aktivitas membuat dan berjualan pentol. Semua bisa bertahan hidup selama masa pandemi Covid-19.

Baca juga: Janji 4 Tahun Kembalikan Duit Rp1,5 Triliun ke Mitra Bisnis, Ini Sumber Dana Sugiyono di Sragen

Saat pandemi pendapatan mereka turun sampai 50% karena banyak sekolah yang tutup padahal sekolah menjadi tempat mangkal mereka. Jika mangkal di sekolah, pedagang pentol seperti Basuki bisa mendapatkan uang Rp100.000/hari.

Tetapi ada pedagang yang justru omsetnya naik saat pandemi karena segmennya kalangan remaja hingga orang dewasa. Anak sulung Basuki, Ikhsanudin, 25, yang masih bujangan ikut berjualan pentol membantu orang tuanya.

Baca juga: Polisi Periksa 5 Saksi Pembunuhan Pemuda di Manisrenggo Klaten

Sampai Pasar Jakarta

Di sisi lain pentol Portugal buatan Basuki sudah mencapai Jakarta, Bandung, Tuban. Bahkan Basuki melayani permintaan cash on delivery (COD) minimal senilai Rp50.000.

Pesanan banyak datang dari Jakarta, Bandung, dan Tuban karena ada warga Blimbing yang merantau ke sana dan membawa pentol dalam jumlah banyak untuk konsumsi sendiri atau menjualnya lagi. Kabarnya anak-anak muda perantau di Jakarta sangat menggemari pentol Portugal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya