SOLOPOS.COM - Ilustrasi Wanita Karier (Youtube)

Solopos.com, SOLO — Bagi wanita karier, setiap harinya akan menjalani peran yang beragam dalam hidupnya. Baik peran di lingkungan kerja, peran di lingkungan keluarga, serta peran di lingkungannya.

Tentu butuh keseimbangan dalam menjalankan peran-peran tersebut agar kehidupannya lebih nyaman. Namun apa maksud dari kehidupan yang seimbang atau yang dikenal juga dengan worklife balance itu?

Psikolog RS JIH Solo, Arinda Nuralita, S. Psi., M.A., Psikolog, dalam Health Talk yang disiarkan di YouTube RS JIH Solo belum lama ini menjelaskan worklife balance bukan hanya untuk wanita karier atau ibu bekerja. Sebab semua orang juga membutuhkan worklife balance.

“Kalau melihat kata balance akan diartikan sebagai bentuk seimbang. Simbang dalam kehidupan bukan dalam arti 50% bekerja dan 50% di rumah,” kata dia.

Baca Juga: Hati-Hati, Hal-Hal Ini Bisa Menyebabkan Gangguan Tidur

Menurutnya yang dimaksud dengan keseimbangan itu adalah bagaimana kita bisa mengatur waktu, menyeimbangkan aktivitas baik itu aktivitas dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan sehingga menimbulkan kepuasan dalam diri kita.

“Setiap orang tentu tidak hanya menjalankan satu peran. Apalagi seorang ibu. Ibu zaman sekarang dia juga berperan sebagai ibu buat anak-anaknya, juga istri untuk suaminya, kemudian pegawai di sebuah institusi atau berkarier secara mandiri dan dia juga bagian dari anggota masyarakat. Bagaimana kita bisa menyeimbangkan itu tapi tidak sampai membuat kita burn out atau lelah sendiri,” lanjut dia.

Sementara ketika seseorang tidak bisa mengatur porsi perannya baik di pekerjaan maupun di luar pekerjaan, akan menjadikannya lelah berlarut. Menurutnya ada tiga indikator untuk melihat hidup kita seimbang atau tidak.

Baca Juga: Jangan Anggap Enteng Gigi Goyang, Ini Cara Mencegahnya

Pertama, adalah time balance, dimana bisa mengatur waktu dengan baik. Kapan waktu bekerja, dan kapan waktu untuk keperluan lain. Dia mencontohkan ketika seseorang memilih kerja lembur. “Sebenarnya perlu sekali tidak kerja lembur? Atau adakah keperluan anak kita atau keluarga kita yang lebih penting dari pada menyelesaikan lembur? Ini kaitannya dengan kemampuan kita bisa memilah hal-hal prioritas,” jelas dia.

Kedua adalah involvement balance, yakni keseimbangan keterlibatan kita di setiap waktu itu. Misalnya saat ada di rumah bersama anak, lebih baik fokusnya ke anak, tidak memikirkan pekerjaan. Begitu juga saat di tempat kerja, maka fokus kita di pekerjaan. Menurutnya hal ini memang tidak mudah dilakukan. Namun jika kondisi ini bisa tercipta, maka kehidupan kita akan lebih optimal, baik optimal di pekerjaan, juga optimal dalam hubungan keluarga atau peran lain di luar pekerjaan.

Sedangkan indikator ketiga, satisfied balance, yakni puas dengan apa yang dikerjakan. Baik puas dengan pekerjaan yang dijalankan, puas dengan kehidupan keluarga, puas dalam menjalin hubungan sosial dan sebagainya.

“Bisanya ketika dua faktor pertama telah tercapai, maka faktor ketiga ini juga akan tercapai. Mungkin ada yang gila kerja, karier melesat tapi tidak dekat dengan anak dan sering bertengkar dengan pasangan. Berarti ada ketidakpuasan di sisi lain,” kata dia.

Rekomendasi
Berita Lainnya