SOLOPOS.COM - Dalang cilik, Amar Pradopo Zedha Bevianto menampilkan lakon Kongso Adu Jago di halaman sekolahnya, SMP Negeri 3, Timuran, Banjarsari, Solo, Rabu (19/2/2014). Pementasan tersebut untuk memeriahkan ulang tahun SMP Negeri 3 ke 64. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — SMPN 3 Solo berulang tahun ke-64. Puncak perayaan hari jadi sekolah itu dimeriahkan dengan pentas wayang kulit dengan lakon Kongso Adu Jago.

Pertunjukan yang mengolaborasikan wayang kulit dan golek itu dibawakan semalam suntuk oleh dalang muda Amar Pradopo Zedha Bevianto, 13, di halaman sekolah setempat, Selasa-Rabu (18-19/2).  Amar Pradopo Zedha Bevianto tak lain adalah putra bungsu dalang kondang Ki Warseno Slenk. Ia tercatat sebagai siswa Kelas VIII SMPN 3 Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Demi merayakan hari jadi yang menginjak usia hasta windu, sekolah itu memang menampilkan bakat-bakat terbaik yang dimiliki. Selain Amar, sejumlah siswa-siswi lain juga ikut menyumbang karya dengan menunjukkan kepiawaiannya menyanyi.

Diiringi permainan gamelan yang rampak, pertunjukan dibuka dengan permainan lampu laser sebagai latar kelir saat Amar pamer kepiawaian sabetannya. Selepas itu Amar menggulirkan percakapan antara dua putra Baladewa, Narayana dan Kokrosono yang membicarakan fitrah anak yang wajib berbakti kepada orangtua. “Anak kudu iso mikul dhuwur mendhem jero,” pesan Narayana kepada saudaranya.

Sementara dua putra Baladewa yang tinggal di pertapaan Widoro Kandang hidup dengan kebijaksanaan, putra Baladewa lainnya yang “tidak pernah diharapkan”, Kongso, hidup penuh amarah dan ambisi menguasai kerajaan bapaknya.

Dalam sorot lampu laser berwarna biru, Kongso angkuh menari mengikuti iringan gamelan. Di sela jeda iringan, Amar pun mengajak penonton berinteraksi, “Buka sithik?”. “Joss,” sahut penonton kompak.

Didampingi pamannya, Suratrimontro, Kongso bersiasat jahat dengan menduduki kursi kekuasaan Baladewa saat ayahnya sedang berburu di hutan. Untuk melegitimasi kekuasaannya, dirinya menantang saudaranya yang sudah dititahkan melanjutkan kekuasaan ayahnya dengan cara adu jago.

Jelang pertempuran sengit antara jago Kongso dan Kokrosono, Amar menyelipkan limbukan penuh gelak tawa. Dalang yang masih bersekolah ini mengadakan misi “balas dendam” dengan menantang sejumlah gurunya bertindak menjadi gerongan. Tentu saja aksinya hanya sekadar bercanda.

“Saya berterima kasih atas kesempatan tampil di HUT ke-64 SMPN 3 ini. Pak Kepala Sekolah dan guru-guru masih lengkap menyimak? Ini pak guru geografi, Pak Kateno, mau menampilkan Kutut Manggung,” katanya dalam Bahasa Jawa disambut tepuk tangan.

“Pak Kateno ini guru saya yang paling galak. Benar tidak teman-teman?” candanya diamini teman-temannya. “Pak, saya kalau kadang ngantuk di kelas jangan dimarahi. Hla kadang bapak mengajak saya pentas, padahal besoknya sekolah. Kalau di kelas suka dimarahi, pembalasannya di sini,” kelakar Amar yang disambut tawa penonton.

Sang guru yang memang penggemar Ki Warseno Slenk hanya tersenyum santai sambil melemparkan guyonan, “Ya, besok saya [kenakan sanksi] poin sajalah,”. Tawa penonton makin tergelak.

Ditemui Solopos.com jelang pertunjukan, Amar mengungkapkan dirinya sengaja menampilkan lakon klasik dalam pementasan kali ini untuk memacu semangat generasi muda yang bisa bertindak sebagai agen perubahan. “Anak muda ternyata bisa menumpas kejahatan. Semangat ini yang ingin saya sampaikan kepada anak-anak muda,” katanya.

Salah seorang penonton, Deva Rezka, 14, mengatakan pementasan wayang kulit-golek besutan Amar cukup menarik baginya. “Saya enggak pernah nonton wayang. Paling di rumah nonton di televisi sesekali. Tapi pentas ini menarik. Amar berani gojek manggil guru,” kesannya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya