SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Sebanyak 34 seniman mulai dari penari dan pemusik Solo bakal ngluruk ke Jakarta akhir Januari ini. Para seniman yang merupakan jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo dan Jogja ini bakal memeriahkan pementasan opera sejarah kolosal bertajuk Ken Dedes Wanita Dibalik Tahta, di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Sabtu (2/2/2013). Acara yang diadakan oleh kelompok seni  Tri Adika dan Swargaloka Jakarta ini secara keseluruhan melibatkan 150 seniman asal Solo, Jogja, Semarang dan Jakarta. Namun, mayoritas seniman, terutama penari memang berasal dari Solo.

Acara yang baru diadakan kali pertama oleh kelompok seni Swargaloka ini bakal mengangkat sosok Ken Dedes dengan gaya kontemporer. Tak heran jika mayoritas penari adalah perempuan. Menurut sutradara, Dewi Sulastri, cerita yang diangkat dalam pementasan itu tentang riwayat Ken Dedes sejak lahir hingga meninggal. “Namun yang lebih dikedepankan sosok Ken Dedesnya. Kalau wayang ya seperti banjaran,” tambah Dewi saat ditemui wartawan di sela-sela latihan di Teater Arena Taman Budaya Surakarta (TBS), Rabu (16/1/2013).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seperti garapan Swargaloka sebelum-sebelumnya, kisah Ken Dedes dimainkan dengan Bahasa Indonesia. Harapannya, semua kalangan bisa menikmati pertunjukan berdurasi 1,5 jam itu. Acara yang diproduseri oleh Eny Sulistyowati ini rencananya bakal menghadirkan penyanyi dangdut yang terkenal dengan goyang ngebornya, Inul Daratista. “Tapi nantinya Inul enggak goyang ngebor. Ia yang akan kami ajak menyesuaikan gaya pementasan kami,” tukas Dewi.

Dari segi musik, komposer kenamaan Solo, Dedek Wahyudi, sudah menyiapkan sebuah konsep yang tak biasa. Dedek yang awalnya mengaku kesusahan aransemen musik bergaya lawas ini akhirnya memadukan musik etnik Jawa dengan etnik Barat ditambah bunyi lonceng yang khas dengan Agama Hindu dan Buddha.

“Saya susah mencari referensi musik pada masa Ken Dedes, zaman Kerajaan Singosari. Karena masa itu identik dengan Hindu dan Buddha, akhirnya saya memasukkan unsur musik agama itu seperti lonceng-lonceng,” urainya di sela-sela latihan dengan Dewi, Rabu, siang di TBS.

Tak hanya itu, agar tak biasa, Dedek memadukan semua musik etnik itu dengan biola, terompet, gitar, bas dan Jimbe. Dalam mengaransemen musik, ia melibatkan sebanyak 20 pemusik dari Solo, Jogja dan Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya