SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat-lihat sepeda kebo kuno yang dipajang di Toko Galery Karaton yang terletak di kompleks pertokoan Alun-alun Solo, Kamis (29/11/2012). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/SOLOPOS)


Pengunjung melihat-lihat sepeda onthel kuno yang dipajang di Toko Galery Karaton yang terletak di kompleks pertokoan Alun-alun Solo, Kamis (29/11/2012). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Penjualan sepeda onthel kuno di Alun-alun Utara Solo saat ini cukup lesu. Saat ini pencinta sepeda kuno lebih banyak berbelanja aksesori serta onderdil untuk melengkapi koleksinya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Karyawan Toko Galery Karaton, Joko Haryanto, mengatakan penjualan aksesori serta suku cadang sepeda kuno itu tidak bisa maksimal karena barang sulit didapatkan. Pemilik toko harus berburu barang yang dipesan bahkan hingga luar kota. Jumlah barang yang ada pun terbatas dan tidak bisa memenuhi semua pesanan yang ada.

“Biasanya aksesori yang dicari lampu original, sadel, setang tromol, gear, bel. Seringkali kami tidak bisa memenuhi pesanan karena barang yang dicari langka di pasaran,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di tokonya, Kamis (29/11/2012).

Ekspedisi Mudik 2024

Toko yang berdiri sejak tahun lalu itu, memang menjual berbagai merek sepeda onthel kuno. Sepeda kuno produksi Belanda, Inggris dan Jerman termasuk jenis sepeda yang banyak digemari.

Sekitar 60 sepeda kebo dengan merek Gazelle, Rudge, Raleigh, Fongers, Simplexm Humbers, Hercules maupun Philips mejeng di toko ini. Tahun pembuatannya pun bervariasi mulai 1930-an hingga 1970-an. Mayoritas pembeli lebih banyak tertarik pada sepeda lawas keluaran 1950-an dan 1960-an.

Soal harga, Toko Galery Karaton juga mematok harga yang bersaing. Di toko ini sepeda kebo kuno dibanderol Rp300.000 hingga puluhan juta. Harga sepeda dipatok berdasarkan banyaknya benda pabrikan asli yang terdapat di sepeda itu. Meskipun bentuknya tidak terlalu bagus, jika bentuknya masih asli harganya bisa mencapai puluhan juta.

Joko mengatakan pembeli sepeda kebo kuno ini kebanyakan berasal dari luar kota. Ia bahkan pernah mengirim beberapa unit sepeda ke Jakarta dan Bali. Ramainya pesanan sepeda kuno biasanya dipengaruhi oleh event komunitas.

“Pembelian dari dalam Solo sekarang ini sudah berkurang. Kebanyakan malah berasal dari luar Solo seperti Karanganyar, Klaten, Boyolali,” imbuh Joko.

Selama setahun, Toko Galery Karaton ini mampu menjual sekitar 70 unit sepeda kebo lawas. Saat ini, stok yang tersisa di toko ini tinggal 60 unit.

Pemilik toko akan berburu sepeda yang biasanya dipakai priyayi itu di pasar-pasar tradisional. Setelah itu, transaksi pembelian dilakukan di rumah penjual untuk meminimalisasi barang curian.

Meski penjualan mulai lesu, Galery Karaton optimis penjualan akan tumbuh kembali. Pasalnya, pencinta sepeda kuno sudah tersegmen. Selain itu, biasanya mereka juga kolektor yang tak segan membayar lebih barang antik dan kuno.

Dian Dewi Purnamasari/JIBI/SOLOPOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya