SOLOPOS.COM - Politikus Partai Demokrat, Mark Sopacua, mengunjungi koleganya, Sutan Bhatoegana awal pekan ini. Foto ini sempat mengundang keprihatinan saat diunggah. (Istimewa/Twitter)

Sutan Bhatoegana meninggal setelah berjuang melawan penyakit Sirosis.

Solopos.com, JAKARTA – Politikus Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, meninggal dunia Sabtu (19/11/2016) pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Beberapa pekan terakhir Sutan harus berjuang melawan penyakit sirosis yang dideritanya.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Seperti yang diketahui, Sutan Bhatoegana masuk ke RS BMC sejak 2 November 2016. Ia dikabarkan menderita kanker harti dan dirawat di ruang Suites nomor 223 rumah sakit tersebut. Terpidana kasus korupsi APBN 2013 itu meninggal dunia di usia 59 tahun.

Kesehatan mantan politikus Demokrat itu memang terus menurun. Dari sejumlah foto yang beredar, Sutan sudah tak seperti sebelumnya. Tubuhnya kurus kering. Mukanya yang bulat menjadi tirus lantaran penyakit yang menggerogoti badannya.

Sampai sejauh ini, penyebab pasti penyakit tersebut masih belum dapat diketahui. Akan tetapi, diyakini penyakit ini berkaitan dengan kerusakan jaringan sel-sel hati, seperti penyakit sirosis. Sirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C.

Dikutip dari Mayo Clinic, Sabtu (19/11/2016), sirosis (cirrhosis) merupakan tahap akhir dari perlukaan atau fibrosis hati yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit maupun kondisi medis, seperti hepatitis dan penyalahgunaan alkohol.

Sirosis menyebabkan jaringan hati mengeras sehingga tidak berfungsi dengan baik. Normalnya, hati berfungsi untuk menetralkan racun-racun di dalam tubuh, serta membersihkan darah. Jaringan hati yang telanjur mengeras tidak bisa dipulihkan lagi.

Infeksi hepatitis kronis, yakni hepatitis B dan C, jika tidak diobati bisa berujung pada sirosis. Demikian juga dengan penyalahgunaan alkohol, bisa memicu perlemakan hati yang lama kelamaan juga bisa berkembang menjadi sirosis.

Selain itu, dikenal pula istilah non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) yang juga merupakan faktor risiko sirosis hati. Ini terjadi pada orang-orang dengan masalah berat badan atau obesitas, yang juga rentan mengalami perlemakan hati meski tidak mengonsumsi alkohol.

Lalu apa hubungannya dengan kanker hati? Sirosis merupakan faktor risiko utama pada kanker hati. Sekitar 70 persen kasus kanker hati di Amerika Serikat terjadi akibat pasien mengalami sirosis.

Efek dari rusaknya lever, pasien bisa mengalami mata dan badan atau kulit kuning. Hal itu terjadi karena bilirubin (pigmen warna kuning) tidak bisa dipindahkan melalui hati, sehingga menumpuk di darah dan tersimpan di mata maupun kulit.

Selain itu, pasien sirosis bisa mengalami kaki bengkak, perut membesar, berat badan turun drastis, penurunan kesadaran, muntah darah, hingga gangguan ginjal.

Sirosis bisa disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B maupun C. Jika virus itu menetap di tubuh selama puluhan tahun, bisa berkembang menjadi sirosis. Sayangnya, kerusakan hati karena virus hepatitis sering kali tak disadari pasien hingga akhirnya sudah menjadi sirosis.

Dirangkum dari laman niddk.nih.gov tentan Chirrosis seperti dikutip Wikipedia, Sabtu, inilah hal-hal penting yang perlu diketahui tentang sirosis;

  1. Kanker hati adalah kanker yang menempati urutan ke-6 sebagai penyebab kanker tersering di dunia. Tercatat sekitar 5,7% penduduk dunia mengidap kanker hati. Hampir 82% penderita penyakit ini berasal dari negara berkembang.
  2. Kanker hati lebih sering diderita oleh laki-laki dibandingkan wanita. Bahkan penyakit ini merupakan penyebab kanker tersering ketiga pada pria setelah kanker paru-paru dan kanker lambung.
  3. Indonesia termasuk negara yang memiliki jumlah kasus kanker hati yang signifikan jumlahnya. Beberapa Negara lain dengan angka penderita kanker hati adalah Cina, Afrika, Jepang, dan negara Asia Tenggara lainnya.
  4. Hepatitis menjadi faktor risiko utama. Meskipun penyebab pasti dari kanker hati belum diketahui, namun faktor-faktor risiko yang menyebabkan kanker ini sudah ditelusuri oleh para ahli. Faktor risiko utama dari kanker seperti yang diderita oleh Sutan Bhatoegana ini adalah hepatitis B dan C (yang diduga menjadi penyebab 75% kasus kanker hati). Jika tidak diobati dengan baik, infeksi hepatitis B dan C akan berlangsung kronis. Hal ini dapat menyebabkan sirosis (pengerasan hati) hingga kanker hati.
  5. Faktor risiko lain dari kanker hati. Kanker hati juga bisa dicetuskan dari kebiasaan mengonsumsi alkohol secara berlebihan, diabetes, perlemakan hati, racun alfa dari jenis jamur tertentu (alfatoxins), dan merokok.
  6. Gejala awal yang tak terdeteksi. Penyakit kanker hati biasanya tidak memberikan gejala awal yang signifikan. Ini membuat penderitanya sering tidak menyadari kehadirannya.

Jika sudah kronis, kanker hati dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan yang signifikan, nyeri perut kanan atas, mual muntah, lemah dan mudah lelah. Selain itu juga mebuat perut bengkak, kulit dan mata menjadi kekuningan, dan tinja berwarna putih.

Kita semua, termasuk Anda dapat mencegah dan mengatasi sejak dini risiko mengidap kanker hati. Jika Anda mengidap hepatitis B atau C, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat. Hindari semua faktor risiko penyebab kanker hati seperti yang telah diuraikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya