Boyolali (Espos)–Sejumlah penjagal dan pelaku glonggong sapi dari wilayah Boyolali, memilih pindah lokasi untuk menjalankan aksi, setelah Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) memperketat pengawasan. Daerah tempat mereka pindah salah satunya adalah Kabupaten Semarang.
Kepala Disnakan, Dwi Priyatmoko, mengatakan akibat berpindahnya para penjagal dan pelaku glonggong sapi dari Boyolali, daging rusak dengan kadar air tinggi masih beredar di pasaran kota lain.
Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
“Karena pelaku memang orang Boyolali, maka Pemkab juga kena getahnya,” katanya kepada wartawan, Jumat (28/8).
Dwi mengatakan, dalam satu tahun terakhir Disnakan berupaya keras mempersempit ruang gerak pelaku glonggong. Namun, upaya tersebut dinilai muspra, jika daerah lain tidak memperketat pengawasan dan lalu lintas peredaran daging sapi.
Ia menambahkan, pengawasan ketat masih akan terus dilakukan. Pekan depan sebuah tim dari unsur Disnakan, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan kepolisian sudah terbentuk. Tim tersebut bertugas melakukan pengawasan lapangan dan menindak jika ditemukan pelaku glonggong sapi.
Dwi berjanji, pihaknya akan menindak tegas para pelaku glonggong yang merugikan konsumen. Masih menurutnya, tahun 2008 lalu pihaknya membakar daging glonggongan hasil potong dari dua ekor sapi. Sedangkan Januari 2009, pihaknya juga kembali membakar daging sapi hasil glonggongan.
Lebih lanjut Dwi menguraikan, selain melakukan pengawasan langsung di lapangan, Disnakan juga telah melakukan pembinaan terhadap seluruh jagal yang tersebar di Boyolali.
dwa