SOLOPOS.COM - Abdi dalem Keraton Solo mengusung peti jenazah istri GPH Puger, RAy Puger saat akan diberangkatkan dari halaman Kagungan Ndalem Sasanamulya, kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Rabu (6/10/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kalimat zikir berkumandang ketika para sentana dalem Keraton Solo melepas kepergian Raden Ayu (RAy) Puger di Ndalem Sasana Mulya Keraton Solo, Rabu (6/10/2021) siang.

Sambil terus berzikir, sentana dalem berjalan perlahan sambil menandu peti menantu Paku Buwono (PB) XII itu menuju mobil jenazah. Tak jauh dari sana, Kanjeng Gusti Haryo (KGPH) Puger menangis terisak saat mendampingi sang istri menuju peristirahatan terakhir di makam keluarga Keraton Solo di Makam Ki Ageng Henis, Laweyan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejumlah putra Gusti Puger juga tampak terpukul. Mereka tak henti menitikkan air mata sambil memegangi peti jenazah saat prosesi brobosan hendak dilakukan. Kepergian RAy Puger memang cukup mengejutkan.

Meski mengidap infeksi paru-paru, perempuan yang lahir dengan nama Sudjirah Al Kenyo Haknyono itu sangat jarang mengeluhkan kondisinya pada keluarga maupun kerabat. RAy Puger bahkan hampir tak pernah dirawat di rumah sakit sebelum cek kondisi paru-paru dan pangkal pahanya yang retak.

Baca Juga: Sisa 46.000 Warga Solo Belum Divaksin Covid-19, DKK Tetap Tancap Gas

“Hari Minggu [3/10/2021] kemarin saya masih ketemu sama Gusti Puger, beliau tidak ngomong apa-apa. Kaget sekali saat dengar Raden Ayu meninggal kemarin malam [Selasa, 5/10/2021],” ujar pelayat yang juga rekan RAy Puger, Tutik Mardiyanto, saat ditemui Solopos.com di Ndalem Sasana Mulya.

Di lingkungan kerabat Keraton Solo, Tutik mengingat RAy Puger sebagai sosok yang serbabisa. Tutik pernah belajar menyanyi keroncong bersama almarhumah di Sitihinggil Keraton Solo. Selain itu, Tutik juga menyaksikan kemahiran RAy Puger meracik jamu dari rempah-rempah khas keraton.

Pandai Membikin Lulur

Jamu bikinannya konon menjadi favorit Gusti Puger saat lelah beraktivitas. “Raden Ayu juga pandai membikin lulur dari bahan tradisional,” imbuh Tutik. RAy Puger semakin menunjukkan profil autentik sebagai perempuan yang dibesarkan di lingkungan keraton dengan keahliannya menyiapkan upacara tradisi.

“Beliau sering bikin ubarampe untuk selametan atau upacara tradisi di keraton. Dulu saat PB XII masih memimpin, beliau yang cepak-cepak itu semua,” imbuh Endang Sekar yang juga teman RAy Puger.

Baca Juga: Mutasi Besar-Besaran, 800-An Pejabat Pemkot Solo Siap-Siap Pindah Tugas

Kerabat Keraton yang juga anggota DPRD Solo, Ginda Ferachtriawan, mengenang RAy Puger sebagai sosok penjaga tradisi yang rendah hati. Menurut Ginda, generasi muda di lingkungan Keraton Kasunanan Surakata Hadiningrat perlu meneladani sikap almarhum demi lestarinya Keraton hingga masa mendatang. “Beliau adalah panutan,” ucapnya.

Pantauan Solopos.com, putri PB XII seperti GKR Wandansari (Gusti Moeng) dan GRAy Koes Indriyah (Gusti Ayu) tampak hadir dalam prosesi permakaman. Raja Keraton Solo, PB XIII Hangabehi, juga sempat menyambangi Sasana Mulya pada pagi hari. “Keluarga memohon doa semoga beliau wafat khusnul khatimah, diampuni segala dosanya,” ujar Gusti Moeng.

RAy Puger meninggal dunia pada usia 63 tahun saat dirawat di Rumah Sakit Islam Surakarta, Selasa malam. Almarhumah meninggalkan tiga putra yakni KRMH Suryanto Suryo Wibowo, BRM Suryasmo, dan BRM Suryo Triyono, serta lima orang cucu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya