SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANDUNG — Aksi tipu para pencoleng bisa dilakukan dengan berbagai cara. Melalui pesan singkat, misalnya, kita mengenal pesan permintaan transfer uang dengan berbagai alasan.

Berbagai dalih penipu itu cukup populer di masyarakat. Itu mulai dari permintaan biaya operasi anak calon korban penipuan, pemberian hadiah uang sampai mobil, dan yang paling ngetop penipuan yang mengaku mama berada di kantor polisi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di luar itu, aksi yang dicurigai sebagai modus penipuan bisa juga dilakukan melalui jejaring media sosial. Facebook termasuk salah satu yang dimanfaatkan para pelaku.

Tengok saja misalnya apa yang dialami Vivi Novita, warga Bandung.

“Tanggal 19 kemarin, saya lihat di wall ada penawaran kamera & bb apollo, itu sudah sering masuk ke wall saya,kebetulan saya saat itu minat dengan barang yang ditawarkan, iseng saya tanya-tanya akhirnya deal total yang harus dibayar Rp 6,8 jt. Selama transaksi, dia yang ngejar-ngejar dengan segala janji manis, bahwa sistem pembayaran 50% bayar via transfer, ketika barang sudah sampai di tempat saya harus bayar sisanya, kecurigaan sayapun sirna,” begitu Vivi mengawali ceritanya diakali seseorang yang mengaku bernama Dimas.

Tawaran sistem pembayaran itu membuat Vivi tak menaruh curiga kalau dirinya sedang dijebak.

“Karena saya pikir fair juga fifty-fifty, apalagi dia kasih,” lanjut Vivi sembari menyebut alamat pelaku berada di wilayah Batam.

Babak penipuan pun dimulai pelaku dengan terus “mengejar” kepada Vivi agar segera mengirim transfer sebesar 50% dari total biaya karena barang yang dijanjikan akan segera dikirim. Vivi pun terlena, tanpa banyak berpikir lagi Vivi pun mengirimkan dana yang diminta.

“Seharusnya dia memberi saya resi pengiriman sesuai janji, tapi dia beralasan bahwa berhubung libur Natal, administrasi harus beres, jadi barang gak bisa keluar dari gudang.”

Sebetulnya, setelah mendengar jawaban itu dari pelaku, Vivi sudah mulai curiga. “Tapi namanya manusia, penasaran pasti ada, akhirnya saya transfer sisanya, jadi lunas.”

Tapi, setelah melunasi kewajibannya, bukan barang yang Vivi terima. Vivi malah diover kepada Aris, yang dikenalkan Dimas sebagai kurir.

Nah, orang kedua ini pun kembali berusaha mengakali Vivi. “Dia mau memberi resi pengiriman barang tapi harus lewat ATM soalnya rahasia.”

Tak ingin tertipu lebih dalam, Vivi menolak permintaan pelaku agar dirinya ke ATM. Hal itu membuat pelaku marah. “Dia mengatakan jika tak ingin tahu resi ya sudah, Anda harus bayar lagi Rp 2 juta, soalnya barang Anda harus bayar pajak, ” begitu gertak pelaku lewat telepon.

Karena Vivi tetap menolak, beberapa hari kemudian pelaku yang mengaku sebagai kurir ini kembali mengontak. “Dia sms kemarin, katanya bayar aja Rp1 jt, saya kasih tahu resinya, saya bertahan dong.”

Kurir tersebut rupanya tak mudah patah arang. Dia kembali mengirim pesan singkat dan mengatakan barang yang sudah dibeli Vivi akan dilelang. Kesal diperlukan demikian, Vivi balas mengirim pesan singkat, menantang agar barang-barang yang sudah dibelinya dilelang saja.

“Saya katakan, nanti duitnya bagi rata ya buat kalian,” tutur Vivi gemas.

Meski mengaku tidak akan melapor ke polisi, Vivi mengancam akan membagikan pengalaman buruknya itu di jejaring sosial. Dan, itu bukan hanya gertakan. Vivi sungguh-sungguh melakukannya.

“Maksud saya men-share di wall agar cukup saya yang terakhir jadi korban, jangan ada lagi korban lain,” ujarnya melalui pesan tertulis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya