SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO–Kampus didesak mampu menghadirkan riset-riset terapan untuk dunia bisnis dan mencetak sumber daya manusia (SDM) berkualitas untuk menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Pasalnya integrasi ekonomi di ASEAN ini memudahkan tak hanya barang, sumber daya manusia akan bebas masuk membangun usaha di Indonesia.

Hal ini disampaikan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM,  Lincolin Arsyad dalam Seminar Nasional Kontribusi Pemikiran dan Kesiapan Ekonomi Indonesia Menyongsong AEC 2015, di Sunan Hotel, Sabtu (30/11/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pembicara kunci ini mengungkapkan dalam hal riset kampus didorong agar tak hanya melakukan riset murni untuk pengembangan ilmu, tetapi juga riset terapan yang arahnya langsung memecahkan masalah yakni problem solving research dan policy research.

“Kampus harus mampu menyeimbangkan antara penelitian murni dan terapan untuk diterapkan bisnis. Jadi bukan hanya untuk publikasi jurnal internasional semata tetapi juga riset yang dapat dikembangkan,” terangnya.
Ia mengungkapkan banyak penelitian yang tak mampu dikembangkan dan berakhir hanya untuk disimpan.

Harusnya, lanjut dia, penelitian selaras dengan yang dibutuhkan masyarakat dan pemerintah. “Kendala lain sosialisasi hasil penelitian juga masih kurang,” terangnya lagi.

Pria yang meraih gelar Ph.d-nya di Australia ini menilai Indonesia belum memiliki kesiapan untuk AEC, kecuali dalam rentang dua tahun ada inovasi lompatan besar-besaran dalam regulasi, tata kelola kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM).

Sementara ihwal SDM di Indonesia yang berkualitas masih minim. Dari 1.000 orang  baru 3,4 % yang terlatih.  Indonesia, lanjutnya, mulai tertinggal dari Filipina, Malaysia, dan Singapura.

“Bahkan orang Laos dan Vietnam sana sudah mulai banyak belajar bahasa Indonesia. Mereka bersiap masuk ke Indonesia. 2015 tidak bisa dibendung lagi, SDM bebas masuk. Kalau tidak siap asing pesta pora sedang orang lokal hanya menonton, orang lokal jadi kuli mereka mandor,” ujar dia.

Dia mengungkapkan kampus harus segera meninjau kembali kurikulum dan kegiatan pembelajarannya dengan melihat perkembangan dan menerapkan kurikulum terbaik. Bekali mahasiswa dengan keterampilan, soft skill, dan bahasa Inggris.

“Tugas kampus untuk membentuk lulusan SDM paripurna. Selain kampus setiap kemampuan harus tersertifikasi,” ujarnya.
Indonesia, lanjut dia, memang masuk enam lima negara dengan perkembangan pesat ekonominya sehingga menjadi tujuan investasi yang menarik.

“Banyak korupsi saja berkembang 6 %. Kalau negeri korup biasanya pertumbuhan pada kisaran 2-2,5 %. Bagaimana kalau  negeri ini bersih bisa melampaui 8 %. Tanpa korupsi anggaran dapat digunakan untuk peningkatan SDM secara optimal,” tandasnya.

Sementara pembicara lain dari Kementerian Keuangan RI, Rudy Widodo, mengatakan Indonesia dengan jumlah populasi, luas, letak geografi, dan nilai Pendapatan Domsetic Bruto (PDB) terbesar di ASEAN merupakan aset strategis dalam AEC. Indonesia, lanjutnya, harus menjadi pusat produksi dan distribusi bukan sebagai pusat pemasaran produk saja.
“Caranya dengan integrasi ekonomi regional dan peningkatan daya saing,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu,  wakil dari kementerian keuangan ini juga mensosialisikan redenominasi mata uang yakni penyederhanaan jumlah digit pada denominasi atau pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai tukar rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa. Selanjutnya, pada akhir kegiatan diluncurkan jurnal AEDC dan pembentukan Asosiasi ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya