SOLOPOS.COM - ARCA SIWA--Seorang warga menjelasakan nama satu per satu arca yang disimpan di balik pagar besi di Dukuh Sambi Lenguk, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Selasa (31/1/2012).(Espos/Tri Rahayu)

ARCA SIWA--Seorang warga menjelasakan nama satu per satu arca yang disimpan di balik pagar besi di Dukuh Sambi Lenguk, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Selasa (31/1/2012).(Espos/Tri Rahayu)

Untuk memasuki kawasan situs baru di wilayah Dukuh Sambi Lenguk, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen harus melewati jalan berkelok-kelok sepanjang dua kilometer dari Balaidesa Jetis. Jalan milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen sangat terjal. Di kanan dan kiri jalan terhampar sawah tadah hujan dan hutan hiterogen serta perbukitan. Gemericik air bening pegunungan mengiringi perjalan setiap orang yang menuju situs peninggalan Kerajaan Majapahit.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dengan menempuh perjalanan menggunakan motor sekitar 30 menit dari Balaidesa Jatis baru sampai di situ yang terletak di lembah dengan penduduk yang ramah. Sebelum memasuki situ di lereng Gunung Lawu tersebut, terdapat halaman berukuran 64 m2 dengan rumput hijau yang tetata rapi. Sebuah bangunan dengan atap genteng tanah berukuran 3×3 meter terlihat di sudut halaman itu. Di tempat itulah terdapat patung Dewa Siwa tanpa kepala, arca nandi, potongan relief batu alam dan sebuah yoni berukuran segi empat dengan sisi 50 cm.

Semua arca itu disimpan di balik pagar besi. Semula ada lima arca di situ itu, tapi kini tinggal dua arca. Di depan situs terdapat sumber air hangat berbau belerang dengan debit air yang cukup besar. Warga sempat menyedot air sumber itu dengan pompa air dan pipa berukuran empat dim ternyata airnya tidak habis. Sumber air itu dikenal warga setempat dengan nama Sendang Panguripan. Sekitar 100 meter di arah selatan juga terdapat sumber air hangat dengan debit yang hampir sama. Orang sekitar menyebut Sendang Lanang.

“Lima arca itu semua terletak di sekitar Sendang Panguripan. Lambat laun arca itu tinggal dua buah, karena yang tiga buah dicuri orang. Untuk mengantisipasi pencurian, arca-arca itu disimpan dalam pagar besi,” ujar Agus Widoyo, warga setempat yang dipercaya Dinas

Pariwisata Seni Budaya dan Olahraga untuk menjaga situs itu saat dijumpai Solopos.com, Selasa (31/1). Arca yoni baru ditemukan Agus 2011 lalu ketika menggali parit. Dia mengisahkan saat menggali air di samping pagar situs, tiba-tiba linggisnya membentur batu. Setelah digali batu itu ternyata berbentuk yoni yang bau belerang.

“Saya berkeyakinan situs di sekitar sumber air ini dahulu merupakan tempat pemandaian para putri pada masa Pemerintahan Brawijaya. Sejumlah arca yang ada menunjukkan adanya kesamaan dengan Candi Sukuh dan Candi Cetho di wilayah Ngargoyoso, Karanganyar,” ungkap Agus.

Penemuan Agus sudah disampaikan kepada Pemkab Sragen, namun hingga kini tak mendapat respon positif. Pegawai kontrak itu pun terus tetap mengabdi dengan memelihara situs itu, meskipun upah yang diperolehnya hanya mengandalkan para pengunjung yang datang pada hari libur.

Bayan Kembang, Widodo, mengaku banyak para pemeluk Hindu yang mendatangi situs ini. Mereka ada yang dari sekitar Cetho dan Sukuh, ada juga yang dari Bojonegoro, Blora dan Solo. “Konon para punggawa Keraton Solo saat datang ke situs ini tidak berani menginjakkan kaki dengan alas di tempat ini. Mereka datang dengan membawa karpet untuk memasuki situs ini,” tambahnya.

Kompleks pemandian Sendang Panguripan yang oleh Pemkab Sragen diberi nama Pemandian Ngunut Baru ini sempat dibangun sebagai objek wisata air pada 1975. Namun karena tidak terurus, objek wisata itu sudah rusak tak terawat. Akses masuk ke situs ini juga sulit. “Kami hanya berahap ada kepedulian dari Pemkab Sragen untuk membangun akses jalan untuk meningkatkan jumlah pengunjung,” urainya.

(JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya