SOLOPOS.COM - Panorama Gunung Slamet dari Desa Pandak, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. (Antara-Sumarwoto)

Solopos.com, BANYUMAS — Sebagai gunung api aktif dengan ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan menjadi gunung tertinggi kedua di pulau Jawa, Gunung Slamet memiliki banyak sisi yang melekat erat hingga saat ini. Sisi yang paling kuat adalah sisi misterinya di mana banyak pengalaman mistis yang dialami oleh para pendaki saat menapaki jalur pendakian tersebut. Bahkan gunung ini dicap sebagai gunung paling angker di Jawa Tengah.

Namun, selain sisi mistis yang melekat kuat, ada sisi sejarah terkait Kerajaan Majapahit di Gunung Slamet. Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube Kancamu, Rabu (24/11/2021), di kawasan lereng Gunung Slamet terdapat sebuah desa yang terdapat banyak peninggalan kerajaan penguasa Nusantara di masa kerajaan Hindu-Budha tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah merupakan desa yang terletak di lereng Gunung Slamet. Di desa ini banyak peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Majapahit berupa candi. Juru kunci setempat menjelaskan bahwa ada beberapa peninggalan Kerajaan Majapahit yang ada di desa tersebut, tepatnya berada di situs Candi Ebeng. Peninggalan tersebut di antaranya berupa berupa arca yang dikenal  dengan nama Candi Ronggeng dan candi tempat petilasan Ganda Kusuma

Baca Juga: 2 Ramalan Ramalan Jayabaya Ini Sudah Terbukti Benar

Juru kunci tersebut juga menjelaskan bahwa nama Gandatapa berasal dari dua kata, yaitu ‘Ganda’ yang artinya bau sedangkan ‘Tapa’ berarti bertapa. Konon, dulu pernah ada seorang pinilih yang ketahuan sedang bertapa di kawasan desa tersebut. Pertapa itu berasal dari timur bernama Brawijaya yang mengganti namanya saat bertapa di desa tersebut menjadi Ganda Kusuma.

Eyang Ganda Kusuma yang juga memiliki nama Raden Peribi ini merupakan pelarian Kerajaan Majapahit yang melarikan diri dari kerajaan dan kemudian menetap di daerah Kabupaten Kebumen. Di sanalah, dia berganti nama menjadi Brawijaya. Setelah singgah dari Kebumen, dia memilih bertapa di Desa Gandatapa dengan nama Eyang Ganda Kusuma.

Eyang Ganda Kusuma juga seorang sinuwun dan masih memiliki hubungan erat dengan Kerajaan Majapahit. Setiap memasuki bulan sura, Eyang Ganda Kusuma selalu berkunjung di Desa Gandatapa hingga akhirnya menetap dan bertapa di desa tersebut.

Baca Juga: Asale Baturraden: Berawal dari Cinta Tragis Bak Romeo Juliet

Saat penelusuran di situs Candi Ebeng, tidak ditemukan bangunan candi yang tinggi menjulang, namun melainkan hanya ditemukan tumpukan batu. Salah satu candi, yaitu Candi Ronggeng, menurut warga sekitar sudah hilang dan acara yang tersisa dipindah ke museum.

Juru kunci yang tidak mau disebutkan identitasnya ini juga mengatakan bahwa selain petilasan Eyang Ganda Kusuma, di situs Candi Ebeng ini juga terdapat petilasan Lantamsari dan Melatisari. Melatisari adalah seorang pendatang yang juga melakukan pertapaan di petilasan yang ada di Desa Gandatapa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya