SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Solopos.com) – Ketidakpuasan sejumlah pengusaha mebel ekspor terhadap pengurus asosiasi permebelan nasional memicu mereka menyiapkan sikap. Sekitar 20 orang pengusaha dari Jakarta, Bandung, Jepara, Cirebon, Surabaya dan Solo berkumpul, Minggu (26/6/2011) untuk menyusun rekomendasi yang akan disampaikan kepada pengurus pusat Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo).

Asmindo yang kini dipimpin ketua Ambar Tjahjono, dinilai tidak mampu membantu para pengusaha di tengah ancaman keterpurukan pasar mebel. Pengusaha mebel asal Bandung, yang juga mantan ketua Asmindo periode sebelum Ambar, Abdul Sobur, mengatakan forum yang terdiri dari mantan pengurus Asmindo itu akan menyusun rekomendasi yang diharapkan mampu menekan Asmindo pusat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Tokoh utama dari para pemain industri mebel kayu dan rotan ada di sini. Seperti Pak Yos (Yos Theosabrata-red), Pak Mukti (Mukti Ichsan-red), Pak Slamet (Slamet Raharjo-red). Pemain-pemain besar ada di sini. Ini adalah representasi kekhawatiran para pelaku usaha,” tegas Sobur.

Gagasan menyusun rekomendasi ini, dijelaskan Sobur, berawal dari kegelisahan para pelaku usaha mebel yang melihat banyak kebijakan pemerintah tidak mendukung pengusaha lokal. Kebijakan mengizinkan eskpor bahan baku rotan dan adanya sinyalemen mengizinkan ekspor bahan baku kayu gelondongan contohnya. Menurut dia, kebijakan semacam itu seharusnya bisa dicegah jika Asmindo memiliki posisi tawar yang bagus di hadapan pemerintah. “Katanya diekspor karena kayu gelondong tidak diserap pengusaha, tapi seharusnya dipikirkan mengapa tidak terserap. Apa kendala pengusaha,” sambung dia.

Dia menambahkan, Pemerintah mengambil kebijakan yang mendukung pengusaha. Di sisi lain Asmindo seharusnya memberikan data-data yang sesuai dengan kondisi di lapangan agar menjadi perhatian Pemerintah. Sobur melihat data-data yang selama ini disampaikan bukanlah data kongkrit. Jika memang terjadi penurunan kapasitas produksi mebel semestinya disampaikan apa adanya. Jangan hanya lantaran menjaga citra data-data fakta itu diabaikan.

Terkiat hal itu, dia kembali menegaskan forum akan membuat rekomendasi yang bakal diteruskan kepada pengurus Asmindo pusat dan pemerintah. Dia menyadari bukan hal mudah mengubah keadaan, mengingat fasilitas industri di Indonesia memang tak banyak tersedia. Sebagai gambaran, di China, pemerintah setempat berani memberikan suku bunga sangat rendah kepada para pelaku usaha. Sedangkan di Indonesia hal semacam itu tidak terjadi. Kendati demikian, Sobur berharap rekomendasi ini menjadi awal untuk perubahan seperti yang diinginkan forum.

Disinggung mengenai kemungkinan meningkatkan forum aksi dengan membuat semacam Asmindo “tandingan”, dia menegaskan kemungkinan untuk itu bisa saja terjadi, jika apa yang telah ditekankan forum dalam rekomendasi tidak dihiraukan. Sedangkan, ditanya mengenai dipilihnya Solo sebagai lokasi pertemuan para tokoh industri mebel, dia mengatakan Solo yang berada di Jawa Tengah adalah tulang punggung industri mebel, sehingga tepat dipilih.

Sementara itu, Ketua Asmindo Solo, David R Wijaya, yang juga hadir dalam pertemuan itu mengakui ada hal-hal yang perlu dibenahi dalam keputusan-keputusan yang diambil Asmindo. Dia sendiri sepakat ada ancaman terhadap pasar mebel Tanah Air. Ancaman itu makin kuat setelah beredar kabar Pemerintah akan mengizinkan ekspor kayu gelondong. “Tidak diizinkan saja yang mengirim kayu log atau kayu gelondong sudah banyak. Ini akan mengancam industri mebel. Padahal seharusnya dalam kondisi pasar normal kita bisa tumbuh 10%-15%, kali ini bisa jadi kita malah turun dibanding tahun lalu,” ujar David.

tsa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya