Madiunpos.com, SURABAYA — Rotan sebagai bahan baku mebel akhir-akhir ini mengalami kenaikan harga rerata 10% – 20% dibandingkan harga tahun lalu. Selain itu, rotan kian sulit didapatkan sehingga menyulitkan pengusaha mebel berbahan dasar rotan di Jawa Timur (Jatim) memenuhi kebutuhan bahan baku.
“Mayoritas penghasil rotan itu ada di Kalimantan, Sulawesi. dan Sumatra tapi industri mebel rotannya kebanyakan di Jawa. Hal itu juga cukup membuat harga bahan baku rotan itu naik,” kata Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jatim, Nur Cahyudi, Senin (29/4/2019).
Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah
Dia menambahkan selama ini sistem distribusi rotan masih belum terbangun dengan baik karena sentra produksi tanaman rotan di Indonesia tidak terintegrasi dengan pusat produksi mebel.
Menurut Nur Cahyudi, saat ini para pencari rotan pun juga sudah berkurang dan banyak yang beralih menjadi buruh tambang atau perkebunan sawit. Jika pun ada yang mulai budidaya rotan, tetapi menurutnya budidaya tersebut untuk rotan jenis tertentu.
“Jadi sekarang cari rotan itu susah, padahal rotan masih sangat dibutuhkan industri mebel, dan belum bisa meninggalkan bahan baku ini,” imbuhnya.
Nur menambahkan akibat kenaikan harga tersebut, pengusaha mebel Jatim terpaksa harus sedikit menaikkan harga serta mengurangi margin agar konsumen tidak lari. Menurutnya, meski ada kenaikan harga produk mebel rotan tetapi serapan rotan hingga kini masih relatif stabil.
“Selain kendala bahan baku rotan, sebenarnya industri mebel kita saat ini juga masih terkendala masalah persaingan dengan produk furnitur impor dari China,” imbuhnya.
HIMKI mencatat industri mebel di Jatim pada tahun lalu mengalami pertumbuhan tipis sekitar 1,8% dibandingkan 2017. Tahun ini, industri mebel Jatim tetap optimistis bisa mencapai pertumbuhan setidaknya tembus 5%.
Silakan KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Madiun Raya