SOLOPOS.COM - Wisata Bali (JIBI/dok)

Solopos.com, JAKARTA — Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Asita) khawatir peleburan sejumlah perusahaan pelat merah ke dalam Holding BUMN Pariwisata & Pendukung atau PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) bakal memonopoli rantai bisnis industri pariwisata ke depan.

Wakil Ketua Umum Asita Budijanto mengatakan monopoli bisnis lewat integrasi aset Holding BUMN Pariwisata & Pendukung itu bakal memangkas peluang pendapatan dari aktor industri yang relatif kecil. Budijanto meminta pemerintah untuk menyiapkan skema agar swasta turut dilibatkan dalam rantai bisnis Holding BUMN Pariwisata itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Jangan sampai kemudian holding pariwisata itu justru mematikan bisnis-bisnis pariwisata yang kecil jadi terjadi monopoli, ini yang harus kita antisipasi yang harus kita siapkan dari awal,” kata Budijanto melalui sambungan telepon, Jumat (14/1/2022) seperti dilansir Bisnis.com.

Baca Juga: Seperti Ghozali, Ridwan Kamil Jual Lukisan Seniman Bandung Lewat NFT

Ihwal pelibatan swasta itu, Budijanto mengatakan, Holding BUMN Pariwisata itu dapat berperan sebagai distributor peluang usaha lewat integrasi sistem yang dimilikinya. Dia mengatakan pengusaha swasta dapat mengerjakan setiap peluang usaha yang didistribusikan oleh gabungan perusahaan pelat merah tersebut.

“Mereka holding cukup sebagai distributor, mereka tidak deal sendiri kalau ada kegiatan tidak jualan sendiri, yang jualan tetap industri pariwisata yang kecil menengah ini itu yang saya harapkan,” tuturnya.

Nantinya, dia menambahkan, bentuk kerjasama itu dapat terjalin lewat sistem komisi atau bagi hasil yang mendukung daya saing pariwisata dalam negeri. Dengan demikian, industri pariwisata dalam negeri dapat pulih seiring dengan terkendalinya pandemi Covid-19 belakangan ini.

Baca Juga: Rayakan HUT Ke-8, Semen Gresik Gelar Rembang Berdoa Bersama Himpunan Keluarga Nasrani

Holding BUMN Pariwisata & Pendukung atau PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) menargetkan untuk mendongkrak kontribusi sektor pariwisata terhadap raihan pendapatan domestik bruto atau PDB mencapai 4,5 persen pada tahun ini.

Rencanannya, Holding BUMN Pariwisata itu bakal mulai mengintegrasikan sejumlah ekosistem pariwisata yang selama ini tidak saling terhubung.

Holding ini berisi antara lain PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero), PT Taman Wisata Candi Borobudur , Prambanan dan Ratu Boko (Persero) (TWC), dan PT Sarinah (Persero). Holding itu juga mengelola sejumlah hotel dengan menyatukan 122 hotel yang berada di bawah Kementerian BUMN

Baca Juga: Kunjungan Mal di Jogja Masih Jauh dari Kondisi Sebelum Pandemi 

Direktur Marketing PT Aviasi Pariwisata Indonesia Maya Watono mengatakan integrasi ekosistem itu dilakukan untuk memaksimalkan potensi aset di sektor pariwisata yang selama ini belum pernah dioptimalkan. Menurut Maya, peleburan sejumlah perusahaan pelat merah itu bakal membentuk holding pariwisata terbesar di kawasan.

“Ekpektasinya besar untuk mendongkrak kembali pariwisata yang sempat terpuruk, targetnya 17 juta wisatawan mancanegara dan 330 juta wisatawan nusantara dan kembali mendongkrak 4,5 persen GDP, itu tidak terlalu besar jika dibandingkan negara lain dari sisi pariwisata,” kata Maya saat mengadakan konferensi pers daring, Jumat (14/1/2022).

Kendati demikian, Maya mengakui, target itu terbilang berat jika mengacu pada torehan kontribusi sektor pariwisata pada PDB yang berada di bawah empat persen selama pandemi Covid-19.

Dia mengatakan perseroannya sudah menyiapkan sejumlah rencana pergelaran atau calender of event yang dibarengi dengan peremajaan kembali destinasi wisata terkait.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya