SOLOPOS.COM - Staf kedutaan memotret karangan bunga bela sungkawa atas wafatnya Ratu Elizabeth II di Kedutaan Besar Inggris, Jakarta, Jumat (9/9/2022). Ratu Elizabeth II wafat pada 8 September 2022 di usia 96 tahun. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.

Solopos.com SOLO–Usaha karangan bunga di Kota Solo belum berani menaikkan ongkos kirim usai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Padahal, kenaikan harga BBM sudah berlangsung lebih dari satu bulan.

Harga BBM jenis Pertalite semula dari Rp7.650 naik menjadi Rp10.000. Kemudian solar dari Rp5.150 naik menjadi Rp6.800. Serta Pertamax dari Rp12.500 naik menjadi Rp14.500.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Para pengusaha karangan bunga membutuhkan BBM untuk mengirim pesanan ke lokasi pemesan atau venue acara.

Pemilik toko bunga Soemardjan Solo Jl Slamet Riyadi Kauman, Evi Soemarjan, mengatakan ia sendiri belum berani menaikkan ongkos kirim karangan bunga secara keseluruhan.

“Saya sendiri belum berani. Harga masih sama dan keadaannya sekarang sepi,” kata dia saat diwawancara Solopos.com, Selasa (11/10/2022).

Dalam satu bulan terakhir, belum ada acara atau pesanan yang melimpah. Evi mengatakan terkahir kali menerima pesanan dengan jumlah banyak saat meninggalnya Susyana Lukminto, istri pendiri Sritex 20 Agustus 2022 lalu.

“Jadi dari acara Pak Lukminto itu ramainya. Waktu ada HUT TNI saja. Sudah itu,” kata dia.

Selain karena orderan sepi, masih ada kekhawatiran seandainya pelanggannya akan beralih ke toko lain.

Pasalnya, imbuh Evi, saat ini mulai merebak toko karangan bunga online. Hal itu menjadi tawaran baru bagi pelanggan. Padahal, menurut Evi, harga di toko online terkadang lebih mahal. Bahkan ada dari toko online mengulak di toko karangan bunga kemudian dijual lagi.

“Sekarang toko bunga di Slamet Riyadi sudah kalah sama online. Padahal kan mereka enggak bikin sendiri [seperti reseller],” jelasnya.

Untuk menyeimbangkan biaya produksi dan pendapatan, Evi memberikan pilihan kepada para pembelinya. Bila membeli dengan jumlah sedikit dan pengiriman yang cukup jauh, Evi akan menawarkan penambahan biaya lebih dulu.

“Misalnya kalau dia pesannya yang murah dan pengiriman butuh jarak [jauh] ya saya akan tawarkan gimana kalau ongkosnya naik,” kata dia.

Namun bila jumlah karangan bunga yang dipesan cukup banyak dan dengan jenis karangan dengan harga mahal, ia akan memberikan keringanan ongkos kirim. Hal itu karena total harga pesanan sudah mampu menutup ongkos kirim.

“Kalau dia pesan banyak, dengan jenis mahal saya kasih subsidi. Karena sudah nutup [ongkos kirim],” sambungnya.

Pemilik Rumah Kembang Perwiroredjo Jl Slamet Riyadi Solo, Bima Wicaksono, mengatakan hal senada. Bima masih belum berani menaikkan ongkos kirim. Saat ini order di tokonya juga masih sepi.

“Belum [naik ongkos kirim], orderan agak menurun ini,” kata Bima kepada Solopos.

Terakhir kali, ia menerima pesanan dalam jumlah banyak saat ulang tahun putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta, K.G.P.H. Puruboyo dan acara mahakarya GKR Pakubuwono XIII. Sementara pesanan yang lain menurutnya menurun.

Seandainya ongkos kirim naik, Bima khawatir para pelanggan enggan memesan di tempatnya. Ongkos kirim menurutnya menjadi faktor penentu pembeli untuk menentukan pilihan.

“Saya takut kalau pelanggan tidak jadi pesan karena ongkir. Karena ongkir nanti tetap berpengaruh pada proses pemesanan deal atau tidaknya,” sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya