SOLOPOS.COM - Tim SAR mengevakuasi korban gempa dari atas gedung dalam simulasi kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan musibah kebakaran di Semarang, Jateng, Rabu (26/4/2017). (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Ratusan desa di DIY dinyatakan sebagai kawasan rawan bencana

 

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Harianjogja.com, KULONPROGO-Ratusan desa di DIY dinyatakan sebagai kawasan rawan bencana. Seluruh lapisan masyarakat diminta selalu mewaspadai potensi bencana yang mungkin terjadi sewaktu-waktu, termasuk kalangan pengusaha.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Heri Kiswanto dalam sarasehan kesiapsiagaan bagi aparat, masyarakat, dan dunia usaha di Wates, Kulonprogo, Kamis (10/8/2017).

“Kami [BPBD] punya tugas untuk melindungi masyarakat yang ada di kawasan rawan bencana dan membuat mereka menjadi tangguh, termasuk yang bergerak di dunia usaha,” kata Heri.

Heri memaparkan, sebanyak 301 dari 438 desa di DIY memiliki wilayah yang rawan bencana. Potensi bencana yang dihadapi mencapai 12 macam, yaitu banjir, epidemi dan wabah penyakit, gelombang ekstrim dan abrasi, gempa bumi, tsunami, gagal teknologi, kekeringan, erupsi gunung api, angin kencang, longsor, kebakaran, dan bencana sosial. Ancaman itu tersebar di seluruh kota/kabupaten, tidak terkecuali Kulonprogo.

Heri lalu mengatakan, banyaknya potensi bencana itu membuat banyak peraturan maupun pedoman terkait penanggulangan bencana yang disusun dengan menggunakan referensi dan rekomendasi dari DIY. Dia lalu berharap bisa mendapatkan masukan dari masyarakat untuk menyiapkan sistem penanggulangan bencana yang lebih baik melalui sarasehan hari itu.

“Kami harapkan sarannya sehingga bisa menyiapkan kegiatan tertentu yang memang perlu dilakukan di Kulonprogo,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kulonprogo, Gusdi Hartono mengatakan penanganan bencana memang menjadi tugas BPBD. Namun, upaya mitigasinya merupakan tanggungjawab lintas instansi dan seluruh masyarakat.

Gusdi berpendapat, program BPBD Kulonprogo tidak hanya menitikberatkan pada tindakan responsif atau saat bencana sedang terjadi. Pihaknya justru menaruh perhatian lebih pada perkara mitigasi untuk meminimalkan jumlah korban, seperti upaya pencegahan dan kesiapsiagaan masyarakat.

“Lebih pada bagaimana membuat masyarakat tangguh terhadap bencana karena mereka yang terpapar pertama kali saat terjadi bencana,” ungkap Gusdi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya