SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri Joko Sutopo. (Dokumen solopos.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menyatakan kesiapan membuka ruang diskusi dengan pengusaha bus antarkota antarprovinsi (AKAP) lokal tentang pembatasan akses bus AKAP dari luar daerah.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) bersedia mengkaji kemungkinan pembatasan bus AKAP dari luar daerah yang masuk Kabupaten Wonogiri hanya sampai Terminal Tipe A Giri Adipura atau Terminal Krisak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bupati menyampaikan hal tersebut untuk merespons keluhan pengusaha bus AKAP lokal. Pengusaha otobus itu berharap Pemkab membuat kebijakan proteksi.

Baca Juga : Tak Ada Proteksi, Pengusaha Bus Lokal Wonogiri Semakin Tergerus

Saat ditemui Solopos.com di Sekretariat Daerah (Setda), beberapa waktu lalu, Bupati menuturkan kebijakan Pemkab harus didasari regulasi agar dapat dipertanggungjawabkan. Menurut lelaki yang akrab disapa Jekek itu, bus AKAP merupakan kewenangan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Namun, Jekek menyampaikan kesiapan membuka ruang diskusi terkait aspirasi pengusaha bus AKAP lokal itu. Dia juga mempersilakan pengusaha bus AKAP lokal membawa rekomendasi kepada Pemkab.

Jika perlu, lanjutnya, rekomendasi itu disertai kajian komparasi dengan daerah lain yang sudah memiliki kebijakan tersebut.

Baca Juga : Kisah PO Bus Wonogiri, dari 100 Unit Kini Tergerus Bus Luar Daerah

“Kalau ada pengusaha bus lokal yang bilang ada daerah lain yang melakukan [membatasi bus AKAP dari luar daerah hanya sampai terminal tipe A], bawa dong rekomendasinya kepada kami. Regulasi apa yang dipakai daerah tersebut. Bisa dikaji bersama,” ucap Bupati.

Ia menuturkan Pemkab bisa membuat kebijakan sesuai harapan pengusaha bus AKAP lokal dengan catatan kajian yang disodorkan tidak ada potensi pelanggaran regulasi tingkat pusat.

Bupati menggarisbawahi kebijakan harus didasari kaidah berlaku. Itu sebagai bentuk ketaatan terhadap asas.

Baca Juga : Wow! Bus Di Wonogiri Ini Tawarkan Sensasi Ngabuburit Dan Bukber Ala Restoran Berjalan

Bupati mengingatkan lebih baik berdiskusi dari pada berspekulasi. Dalam forum itu, ia berharap Pemkab dan pengusaha bus AKAP lokal dapat mencurahkan pemikiran yang konstruktif.

Menanggapi semakin tergerusnya bisnis bus AKAP lokal di tengah persaingan dengan bus AKAP dari luar daerah, Bupati berpendapat kondisi itu bagian dari konsekuensi bisnis. Bisnis di era sekarang harus dikembangkan sesuai tuntutan pasar.

Curhat Pengusaha Bus Lokal

“Bisnis sekarang sudah bukan berbasis produk, tetapi sharing, melibatkan banyak pihak. Kalau dilihat sekarang di dalam satu bisnis besar banyak pemodal terlibat. Mereka berkolaborasi. Tanpa kolaborasi interkoneksi akan terbatas sehingga tidak bisa mengikuti perubahan bisnis. Di semua jenis bisnis bahkan di politik pun juga berlaku hukum itu,” jelasnya.

Baca Juga : Selama Masa Pelarangan Mudik-Balik Ribuan Pemudik Datang dan Berangkat di Wonogiri

Sebelumnya, pengelola usaha PT Tunggal Daya Dwipa Wonogiri, Endang Pawitri, menyampaikan bisnis bus AKAP di Kabupaten Wonogiri mulai goyah sejak bus-bus dari luar daerah masuk Kabupaten Wonogiri.

Bus-bus itu bisa dengan bebas mencari penumpang hingga ke kecamatan yang selama ini menjadi lahan bagi bus lokal. Pemilik modal dari luar daerah mengekspansi menggunakan bus baru yang dilengkapi fasilitas-fasilitas.

Dari waktu ke waktu, bus dari luar daerah yang masuk Kabupaten Wonogiri semakin banyak. Bus-bus lokal, seperti Tunggal Daya milik PT Tunggal Daya Dwipa kian tersisih.

Baca Juga : Penumpang Bus Wonogiri-Jabodetabek Mulai Menurun, Pengawasan Tetap Dilaksanakan

Menurut perempuan yang biasa disapa Witri itu pemangku kepentingan di daerah bisa membatasi bus AKAP dari luar daerah yang masuk Kabupaten Wonogiri hanya sampai terminal tipe A.

“Orang bilang kami kalah bersaing karena tidak bisa memenuhi permintaan pasar, enggak bisa pakai bus yang bagus seperti bus-bus dari luar daerah itu. Tapi saya kira persoalannya bukan itu saja,” ungkap Witri.

“Ini lebih karena ketiadaan proteksi bagi pelaku usaha lokal. Kalau begini terus sama halnya kami dibiarkan berperang tanpa menggunakan tameng. Lama-lama bisa benar-benar berhenti usaha lokal ini,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya