SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Museum Lawang Sewu merupakan salah satu destinasi wisata andalan di Kota Semarang. Banyak wisatawan yang mengunjungi bangunan bersejarah itu saat liburan, tak terkecuali pada masa libur Natal dan Tahun Baru nanti.

Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional (Daops) IV Semarang, Suprapto, mengatakan kunjungan wisata di Museum Lawang Sewu sepanjang 2018 menunjukkan tren yang positif. Bahkan hingga pekan ketiga Desember 2018 ini, jumlah pengunjung di bangunan yang terkenal memiliki banyak pintu dan jendela itu hampir mendekati 1 juta jiwa atau sekitar 966.572 orang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia pun optimistis target 1 juta pengunjung bisa tercapai pada akhir pekan ini, mengingat musim libur Natal dan Tahun Baru telah dimulai.

Ekspedisi Mudik 2024

“Museum Lawang Sewu menjelma menjadi destinasi wisata yang menarik dan bisa lepas dari image kumuh. Penampilan tata cahaya saat malam hari, semakin membuat panorama Museum Lawang Sewu semakin cantik dan anggun. Jadi tak heran kalau banyak pemuda-pemudi menjadikan Museum Lawang Sewu sebagai tempat berfoto dan langsung mengunggah ke akun-akun media sosial,” ujar Suprapto.

Bangunan Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904. Bangunan ini dulunya merupakan kantor perusahaan perkeretaapian milik Belanda atau Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). 

Awalnya, kegiatan perkantoran NIS dilakukan di Stasiun Semarang Gudang, yang saat ini sudah terendam rob dan terletak di dekat Pelabuhan Tanjung Emas. Namun, perkantoran di Stasiun Semarang Gudang itu sudah tidak cukup memadai menyusul berkembangnya jalur jaringan kereta api dan bertambahnya personel NIS.

Ilustrasi pengunjung Museum Lawang Sewu. (Semarangpos.com-PT KAI Daops IV Semarang)

Alhasil kantor NIS pun dipindah ke lokasi yang kala itu berada di pinggiran kota dan berdekatan dengan kediaman residen. Tepatnya di ujung Bodjongweg Semarang atau yang sekarang menjadi Jl. Pemuda.

Gedung Lawang Sewu dirancang oleh Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Quendag, arsitek asal Belanda yang berdomisili di Belanda.Setelah kemerdekaan, Gedung Lawang Sewu dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT KAI.

Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah karena menjadi lokasi Pertemupran Lima Hari di Semarang, 14-19 Oktober 1945. Maka dari itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.

“Diharapkan dengan kerja sama dari seluruh stakeholders di wilayah Kota Semarang, jumlah pengunjung tempat wisata Lawang sewu ini akan terus meningkat. Apalagi saat ini PT KAI telah meluncurkan KA Joglosemarto yang menghubungkan kota-kota di Jateng. Dengan kereta itu, animo wisatawan yang telah mengunjung Jateng bagian selatan bisa tertarik juga mengunjungi Jateng bagian utara, seperti Museum Lawang Sewu,” imbuh Suprapto.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya