SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p style="font-weight: 400;"><span><strong>Solopos.com, KLATEN</strong>&nbsp;</span>&mdash; Sejumlah pengunjung mengeluhkan fasilitas taman rusak mulai dari tempat duduk hingga wahana permainan anak. Hal itu dinilai membahayakan anak-anak termasuk pengguna taman lainnya.</p><p style="font-weight: 400;">Di Taman Lampion, Jl. Veteran, Kampung Barenglor, Kelurahan Barenglor,<span>&nbsp;</span><span>Klaten</span><span>&nbsp;</span>Utara, misalnya ditemukan wahana permainan anak seperti lantai baja perosotan berlubang dengan diameter sekitar 50 sentimeter (cm). Sebuah batu besar diletakkan di dekat lubang seolah menandai agar tidak dilewati anak-anak.</p><p style="font-weight: 400;">Besi-besi wahana itu pun berkarat dan berlubang kecil-kecl di sejumlah tempat. Di ujung lorong perosotan patah. Vandalisme berupa tulisan kata-kata kotor juga ditemui di wahana perminan anak lainnya. <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180904/493/937902/inilah-10-besar-finalis-mas-dan-mbak-klaten" title="Inilah 10 Besar Finalis Mas dan Mbak Klaten">Di lokasi yang</a> berdekatan juga ditemukan permainan jungkat-jungkit patah di salah satu lengannya.</p><p style="font-weight: 400;">Sedangkan, di Taman Kota, kawasan alun-alun<span>&nbsp;</span><span>Klaten</span><span>&nbsp;</span>ditemukan bangku berbentuk menyerupai buah-buahan tinggal menyisakan fiber dan fondasinya. Begitu pula dengan mainan kuda-kudaan yang tersisa pegas penyangganya.</p><p style="font-weight: 400;">Seperti halnya di Taman Lampion, perosotan di Taman Kota juga berkarat dan berlubang di besi-besinya. Pangkal perosotan juga memiliki ketinggian sekitar 30 cm dari tanah sehingga kadang anak menangis saat pantatnya jatuh seusai perosotan.</p><p style="font-weight: 400;">Salah satu pengunjung, Adi Santoso, 42, asal Grogol, Sukoharjo, mengatakan setiap sebulan sekali, ia selalu mengajak anaknya yang berusia lima tahun mengunjungi Taman Lampion. Namun, ia harus ekstra <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180905/493/938040/tiket-masuk-candi-prambanan-klaten-bisa-dibeli-via-aplikasi-ini" title="Tiket Masuk Candi Prambanan Klaten Bisa Dibeli Via Aplikasi Ini">ketat mengawasi anaknya</a> bermain perosotan yang berada di dekat Rusunawa itu.</p><p style="font-weight: 400;">Sebab, lantai besi permainan itu terdapat lubang besar. &ldquo;Saya suruh anak saya berpindah ke wahana lain yang lebih aman. Atau kalau capai, biasanya duduk-duduk seraya berteduh,&rdquo; kata dia, saat ditemui <em>solopos.com</em> di Taman Lampion Klaten, Selasa (4/9).</p><p style="font-weight: 400;">Ia menjelaskan bulan lalu, ada dua anak-anak terperosok ke lubang itu. Kejadian pertama pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB. Kejadian kedua terjadi sekitar pukul 13.00 WIB ketika sepasang kakek-nenek sedang mengasuh cucunya. Ia melihat sang kakek tergopoh-gopoh membopong cucunya yang terluka.</p><p style="font-weight: 400;">&ldquo;Soal rusaknya wahana itu sudah saya laporkan kepada petugas di sini. Semoga lekas ada perbaikan supaya pengunjung merasa nyaman bermain di sini,&rdquo; beber dia.</p><p style="font-weight: 400;">Terpisah, pengunjung Taman Kota, Kusrin, 61, asal Pengging, Boyolali, mengaku sempat khawatir melihat cucunya bermain di persosotan dengan kodisi besi-besi berkarat dan berlubang. Menurutnya, seharusnya wahana itu<a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180903/493/937674/jika-status-merapi-siaga-warga-di-daerah-ini-harus-segera-dievakuasi" title="Jika Status Merapi Siaga, Warga di Daerah Ini Harus Segera Dievakuasi"> rutin dicat ulang</a> agar anak tetap aman saat bermain. Tempat bermain anak seharusnya steril dari hal-hal yang membahayakan anak.</p><p style="font-weight: 400;">Tak hanya itu, ia juga mempersoalkan adanya jarak cukup tinggi antara pangkal perosotan dengan tanah. Hal itu berakibat anak lebih dulu jatuh pantatnya ketimbang kakinya saat sampai pangkal.</p><p style="font-weight: 400;">&ldquo;Harusnya kakinya dulu yang sampai tanah bukan pantatnya. Itu bahaya karena bisa kena tulang belakangnya,&rdquo; beber dia.</p><p style="font-weight: 400;">Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR)<span>&nbsp;</span><span>Klaten</span>, Mudzakir, mengatakan DPUPR menerima laporan soal kerusakan fasilitas di Taman Lampion. Namun, ia tidak pernah menerima laporan soal adanya anak yang terjatuh akibat kerusakan itu.</p><p style="font-weight: 400;">Perbaikan taman memang sempat tertunda lantaran terkendala dana. &ldquo;Belum lama ini anggaran tersedia. Mungkin pertengahan September mulai pengerjaannya,&rdquo; terang dia di kantornya.</p><p><span style="font-weight: 400;">Tak hanya itu, ia juga akan menempatkan sejumlah petugas keamanan untuk menjaga taman selama 24 jam. Ia menyiapkan dua petugas yang akan berjaga secara bergantian. Hal itu dimaksudkan untuk mengawasi agar tak ada perusakan pohon, vandalisme, dan penyalahgunaan taman untuk hal-hal tak terpuji lainnya.&nbsp;</span></p>

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya