SOLOPOS.COM - Suasana pengungsian yang dibikin swadaya oleh warga Balerante, Kemalang, Klaten. Balerante merupakan kawasan rawan bencana Merapi. (Solopos-Burhan Aris Nugraha)

Solopos.com, KLATEN — Tempat pengungsian sementara yang sudah ditempatkan warga dari daerah rawan bahaya erupsi Gunung Merapi belum dilengkapi sekat pembatas. Meski belum tersekat, para pengungsi tetap diminta menjaga jarak mereka guna penerapan protokol kesehatan pencegahan persebaran Covid-19.

Sebagai informasi, warga yang tinggal di daerah rawan bahaya erupsi di Desa Balerante dan Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mulai mengungsi setelah status Merapi ditingkatkan ke level siaga.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sementara, warga di daerah rawan bahaya di Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang belum mengungsi. Tempat pengungsian sementara di Balerante dan Tegalmulyo berada di masing-masing kantor desa. Warga yang mulai diungsikan yakni kelompok rentan seperti lansia, balita, dan difabel.

Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno, mengatakan warga dari daerah rawan bahaya untuk sementara waktu mengungsi hanya saat malam. Ketika pagi hingga sore, warga kembali lagi ke rumah masing-masing untuk mengurus ternak atau berkebun.

Ekspedisi Mudik 2024

Tak semua warga untuk sementara waktu bermalam di kantor desa. Sebagian warga terutama kelompok pemuda dan kaum laki-laki bertahan di kampung untuk menggelar ronda sembari memantau perkembangan Gunung Merapi.

Upacara Hari Pahlawan, Wabup Sragen: Semua Bisa Jadi Pahlawan saat Pandemi

Sutarno menjelaskan jumlah warga yang mengungsi ke kantor desa saban malamnya tak menentu. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pada Sabtu (7/11/2020) malam, ada sekitar 108 warga yang mengungsi. Mereka terdiri atas orang dewasa, balita, serta difabel. Jumlah itu berkurang pada Minggu (8/11/2020) malam sebanyak 84 orang.

Sementara pada Senin (9/11/2020), ada 37 warga dari daerah rawan bahaya yang bermalam di kantor desa. Berkurangnya jumlah warga yang mengungsi pada Senin malam lantaran berbarengan dengan kegiatan pengajian di beberapa lokasi di kampung mereka.

"Tetapi tetap yang kelompok rentan saban hari bermalam di kantor desa," jelas Sutarno saat ditemui Solopos.com di kantor Desa Tegalmulyo, Selasa (10/11/2020).

Logistik

Sutarno menuturkan untuk sementara kebutuhan logistik di pengungsian lereng Gunung Merapi di Desa Tegal Mulyo masih tercukupi, terutama kebutuhan penyiapan makanan bagi para pengungsi. Donasi mulai berdatangan ke kantor desa setempat.

Disinggung protokol kesehatan, Sutarno menjelaskan tetap diberlakukan. Tempat cuci tangan menggunakan sabun disiapkan di tempat pengungsian sementara.

Upacara Hari Pahlawan, Wabup Sragen: Semua Bisa Jadi Pahlawan saat Pandemi

Para pengungsi juga diwajibkan mengenakan masker. Selain itu, tempat tidur antar pengungsi diatur dengan jaga jarak. Pengaturan itu dilakukan dengan memberikan penanda pada lantai tempat pengungsian.

Namun, Sutarno menjelaskan untuk sementara waktu pengaturan jarak tempat tidur antarpengungsi belum dilengkapi dengan sekat. Pemerintah desa masih menunggu bantuan dari pemkab terkait sekat tersebut.

"Kebutuhan untuk sanitasi portabel dan dua bak tandon air semalam sudah dibantu. Untuk sekat tempat tidur, informasinya hari ini mau dikirim dari DPUPR. Kami sementara menunggu. Selama ini yang dilakukan baru mengatur agar jaraknya tidak bersinggungan antara tempat tidur yang satu dengan lainnya," jelas Sutarno.

Fluktuatif

Sementara itu, jumlah warga dari daerah rawan bahaya erupsi Gunung Merapi yang mengungsi di kantor Desa Balerante, Kecamatan Kemalang juga fluktuatif saban malamnya. Warga yang mulai mengungsi di kantor Desa Balerante yakni mereka yang masuk kategori kelompok rentan.

Sebagian ada yang tetap bertahan di kantor desa selama 24 jam. Sementara, sebagian warga lainnya memilih hanya mengungsi saat malam. Pada Senin (9/11/2020) malam, ada 72 warga Balerante yang mengungsi terdiri dari balita, lansia, ibu hamil, serta difabel.

Sekretaris Desa Belerante, Basuki, menjelaskan tempat pengungisn sementara yang disiapkan yakni di gedung yang bersebelahan dengan kantor desa, TK, serta gedung eks SD. Gedung di samping kantor desa serta gedung TK yang saat ini sudah digunakan untuk menampung pengungsi.

Basuki menjelaskan protokol kesehatan penegahan Covid-19 tetap diterapkan di tempat pengungsian sementara. Salah satunya terkait menjaga jarak tempat tidur. Di dalam gedung, sudah ada penanda tempat tidur antar pengungsi berukuran 2,8 meter x 2,5 meter.

Soal sekat, Basuki juga menjelaskan sementara waktu tempat pengungsian sementara di lereng Gunung Merapi itu belum dilengkapi sekat.

"Untuk sekat kami tetap menunggu bantuan dari pemerintah. Kalau kami harus mengadakan sekat dari anggaran desa," kata Basuki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya