SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Antara)

Solopos.com, JAKARTA — Banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat korban erupsi Gunung Senabung, Sumatera Utara. Hampir enam bulan mereka tinggal di pengungsian, sejak gunung itu meletus.gunung sinabung meletus, erupsi sinabung, gunung sinabung, pengungsi sinabung, berjualan kue, kabanjahe sinabung, karo sumatra utara,

Salah satunya Ny. Mulyati yang tinggal di lantai bawah Masjid Agung Kabanjahe, bersama 431 orang pengungsi lainnya. Ditemani 5 orang anaknya, dia  menghabiskan waktunya di sekitar areal masjid dengan berjualan kue.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebelum bencana erupsi tersebut, dia dan keluarganya tinggal di Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat, Karo, yang berjarak 4 km dari Gunung Sinabung.

Untuk mengisi waktunya di pengungsian, Mulyati sibuk berjualan kue di pojok masjid. Dia bersama pengungsi lainnya berjualan di sekitar itu. Masjid ini adalah satu  dari 11 lokasi di Kabupaten Kabanjahe, yang masih menjadi tempat penampungan bagi 11.000 pengungsi bencana erupsi Gunung Sinabung.

Perempuan berusia  44 tahun ini sempat  mengaku bosan tinggal di tempat tersebut. Namun, belum ada kejelasan mengenai relokasi. Dia bersama pengungsi lainnya mulai gundah.

Kegundahan hatinya diperhatikan oleh Johson Tanjung, pengurus BKM Masjid Agung Kabanjahe. Perempuan itu akhirnya dipertemukan dengan  lembaga sosial,  termasuk dengan lembaga kemanusiaan nasional  Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU).

“Kami ada program bantuan charity, seperti air bersih, sembako, selimut, dan juga program pemberdayaan,” kata Sukismo, Manajer Humas PKPU dalam rilisnya Rabu (2/4/14).

Dia menuturkan program pemberdayaan antara lain melatih ibu-ibu pengungsi dengan keterampilan membuat kue. “Kesibukan belajar membuat kue ini ternyata bisa menjadi hiburan keseharian untuk mereka,” ujarnya.

Seperti yang dialami Mulyati, tutur Sukismo, bersama 5 orang ibu lainnya memberanikan diri menjual kue-kue itu kepada para tamu, yang mengunjungi Posko Pengungsian Masjid Agung Kabanjahe.

Menurut dia, dagangan para ibu itu cukup laris. Banyak toples kue yang terjual. “Memang baru kue nastar dan rempeyek kacang saja yang baru bisa mereka jual. Tapi lumayan memberikan penghasilan buat mereka, setelah 6 bulan ini tidak berpenghasilan sama sekali,” ujar Sukismo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya