SOLOPOS.COM - Seorang pengungsi memeriksakan kesehatannnya di kompleks Kantor Desa Balerante, Kemalang, Klaten, Jateng, Rabu (11/11/2020). (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Sejumlah pengungsi terdampak aktivitas Gunung Merapi di barak pengungsian di kompleks kantor Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menjalani pemeriksaan kesehatan di lokasi setempat, Rabu (11/11/2020).

Sebagian besar pengungsi yang memeriksakan kesehatan mengeluhkan jenis penyakit ringan, seperti pegal-pegal dan tekanan darah naik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan pantauan Solopos.com, sejumlah pengungsi menyempatkan diri memeriksakan kesehatan mereka di barak polisi kompleks Kantor Desa Balerante. Di antara para pengungsi yang diperiksa tergolong sudah lanjut usia (lansia).

Saat menjalani pemeriksaan kesehatan, setiap pengungsi diukur suhu tubuhnya dan pengecekan fisik tubuh lainnya.

Genius! Siswa SMP SBBS Gemolong Sragen Sabet Perunggu di Kompetisi Sains Nasional 2020

"Sementara ini sudah ada tujuh orang [pengungsi] yang memeriksakan kesehatannya. Sebagian besar, para pengungsi ini mengeluhkan pegal-pegal. Ada juga yang tensinya naik dan sakit di lambung. Setelah kami cek, biasanya kami lakukan upaya penanganan darurat, yakni diberi obat," kata salah seorang petugas medis di barak pengungsian di kompleks Kantor Desa Balerante, Kristin, kepada Solopos.com, Rabu (11/11/2020).

Seorang pengungsi di lereng Gunung Merapi itu yang menjalani pemeriksaan kesehatan adalah Panto Wiyono. Saat dicek tim medis, suhu badannya tergolong tinggi, yakni mencapai 37 derajat celcius. Oleh tim medis, warga Dukuh Sambungrejo, Balerante tersebut diberi dua maca obat.

"Iya, nanti saya minum obatnya [pagi dan sore]. Sebelum minum obat, makan dulu," katanya.

Meningkat

Koordinator Pengungsi Balerante, Jainu, mengatakan tren pengungsi di kompleks Kantor Desa Balerante terus mengalami peningkatan. Hingga hari kelima pengungsian, jumlah pengungsi mencapai 88 orang. Di awal pengungsian, jumlah pengungsi baru mencapai 70 orang.

"Para pengungsi berasal dari beberapa dukuh, seperti Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang, dan Sukorejo. Kami mengarahkan ke warga agar mengungsi di satu lokasi. Meski seperti itu, ada juga warga yang memilih mengungsi di tempat saudaranya [sebanyak dua kepala keluarga]," kata Jainu.

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) baru saja menyampaikan status Gunung Merapi menjadi siaga, Kamis (5/11/2020) lalu, dan memicu gelombang pengungsi.

Sekeluarga Meninggal Termasuk Pengantin Baru, DKK Sragen Belum Sebut Klaster Hajatan

Sebelumnya, Gunung Merapi masih berstatus waspada. Warga di KRB III sudah mulai menyiapkan diri menghadapi erupsi Gunung Merapi.

Hal itu, seperti menyiapkan tas siaga yang berisi barang berharga dan barang keperluan sehari-hari yang dibutuhkan saat mengungsi. Warga di KRB III pun sudah menyiapkan tempat evakuasi sementara (TES) dan siap mengungsi ke tempat evakuasi akhir (TEA) di desa paseduluran yang sudah ditunjuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya