SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SYDNEY Seorang pengungsi yang ditahan selama bertahun-tahun oleh Pemerintah Australia meraih penghargaan sastra tertinggi. Pengungsi bernama Behrouz Boochani yang juga seorang jurnalis mendapat penghargaan tersebut berkat buku yang ditulisnya, No Friend But the Mountains: Writing from Manus Prison (Tak Ada Teman, kecuali Gunung: Kisah dari Penjara Manus).

Dikutip dari The Sydney Morning Herald, Sabtu (2/2/2019), buku yang ditulis dari balik jeruji besi itu diterbitkan pada 31 Juli 2018. Kisah menginspirasi di buku itulah yang membuat Behrouz Boochani meraih penghargaan sastra tertinggi di Australia, Victorian Prize for Literature.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Dewan juri Victorian Prize for Literature menilai buku karya Behrouz Boochani memiliki analisis kritis dan detail. Dia mampu menggambarkan sesuatu dengan jelas dan sederhana, namun tetap indah.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia berhasil memadukan tradisi sastra dengan ciri khas Kurdi. Pengumuman kemenangan tersebut disampaikan Kamis (31/1/2019).

Sebenarnya, penghargaan Victorian Prize for Literature biasa diberikan kepada penulis atau penduduk tetap Australia. Namun, kali ini mereka membuat pengecualian untuk karya Behrouz Boochani. Kemenangan itu membuatnya menjadi penulis terkaya di Australia karena mendapat hadiah sekitar Rp1,02 miliar.

Saya tidak ingin merayakan prestasi ini saat melihat masih banyak orang tak bersalah menderita di sekitarku,” kata Behrouz Boochani seperti dikabarkan Reuters.

Penulisan buku tersebut sangat unik. Behrouz Boochani menulis bukunya dengan telepon genggam dan dikirim per bab melalui aplikasi pesan online, Whatsapp. Dia menulis buku tersebut dalam bahasa Persia dan dikirimkan kepada penerjemah di Australia, Omid Tofighian.

Behrouz Boochani asal Iran ditahan di penjara khusus yang dikelola pemerintah Australia di Papua Nugini, Matus. Dia ditahan sesaat setelah ditarik dari kapal pengungsi dalam perjalanan ke Asutralia pada 2013 silam. Dia pergi dari Iran karena bermasalah dengan pemerintah terkait karya jurnalistiknya.

Dikutip dari BBC, selama dikurung, Behrouz Boochani terus menulis. Dia sering mengkritik sistem penahanan di lepas pantai Australia. Dia juga rutin menulis untuk koran Inggris, Guardian. Dia juga mengunggah cuitan ke Twitter tentang kehidupan di Manus.

Behrouz Boochani sengaja tidak mau menulis di kertas karena penjaga penjara sering melakukan penggeledahan. Dia bahkan membuat video dokumenter bertajuk Chauka, Please Tell Us the Time yang direkam dengan smartphone. Meski demikian, dia seringkali merasa khawatir jika ponselnya disita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya