SOLOPOS.COM - Pengrajin batik Magelang diajari teknik ecoprint. (Beritamagelang.id)

Solopos.com, MAGELANG -- Sejumlah warga Magelang mendapatkan pelatihan teknik ecoprint untuk memunculkan unsur etnik pada barang media kertas, kain, kulit dan keramik.

Narasumber pelatihan ecoprint, Dias Miss Daun, menyatakan teknik ini berbeda dengan batik karena tidak menggunakan malam tetapi menggunakan dedaunan segar. “Tekstur daun-daun tersebut akan menempel pada media kertas, kain, kulit atau keramik. Kata eco berasal dari ekosistem dan print dari kata cetak atau jejak," kata Dias seperti dikutip beritamagelang.id, Selasa (13/4/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pelatihan tersebut digelar di Krandan Ciblon Papringan (KCP) Dusun Krandan Desa Kebonrejo Salaman Kabupaten Magelang. Proses pencetakan daun ke media kertas melalui beberapa tahapan. Kali ini media yang dipakai adalah kertas pembungkus semen.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga : Generasi Muda Magelang Diajak Kembalikan Kejayaan Pertanian

Pertama-tama siapkan kertas pembungkus semen yang sudah dibersihkan dengan air dan dijemur hingga kering. "Kertas semen dipilih karena konsep ecoprint adalah menerapkan sistem 3R yaitu reuse, reduce, dan recycle, ini menjadi salah satu solusi dalam menjaga lingkungan," terang Dias.

Seusai kertas dicelup ke tawas atau tunjung sebagai bahan pengunci warna,  kertas semen diperas. Lalu kertas digelar dan daun-daun ditata di atas kertas sesuai selera. Langkah selanjutnya kertas ditutup dengan kertas lain digulung dan dibungkus plastik lalu dikukus selama 1,5 jam.

Daun yang dipakai adalah daun segar yang dapat menempel langsung di kertas. Di antaranya adalah daun Jati, daun lanang, daun jenitri, daun kenikir dan daun waru. “Sedangkan untuk daun kalpataru, jarak, jambu, eucaliptus [kayu putih], harus ditreatment terlebih dahulu, yaitu direndam dalam air tunjung hangat," terang Dias.

Baca Juga : Gardu Pantau Belanda Selamat Dari Proyek Kawasan Borobudur Magelang

Warna yang dihasilkan adalah warna dari daun itu sendiri. Dimana daun segar masih mengandung tanin yang akan menempel di media kertas semen. "Itu alasannya mengapa harus menggunakan daun segar, karena masih mengandung Tanin, jadi hasil warna setiap daun bisa berbeda-beda," ungkap Dias.

Setelah selesai dikukus, lanjut Dias, kemudian kertas semen dikeluarkan dari bungkus plastik dan dijemur, sehingga warna dan tekstur daun semakin tegas. "Nanti untuk finishing bisa dicoating [warna clear] menggunakan lem kayu. Dan kertas semen tersebut bisa diaplikasikan untuk berbagai keperluan, seperti sampul buku, tas, dan lain-lain. Unsur etniknya akan lebih terasa karena bermotif daun," terang Dias.

Owner Krandan Ciblon Papringan (KCP), Yustinus Agus, menuturkan, tempatnya mengusung konsep wisata edukasi yang cukup sering mengadakan pelatihan kerajinan. "Pelatihan diikuti 10 peserta, selain dari Magelang ada pula Jogja dan Temanggung. Yang kebanyakan merupakan perajin batik yang ingin mempelajari teknik ecoprint," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya