SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Suharsih/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Suharsih/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI—Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali meminta para pengobat tradisional untuk mematuhi aturan yang telah ada. Hal ini dilakukan menyusul banyak ditemukannya obat tradisional yang dicampur dengan Bahan Kimia Obat (BKO) beberapa waktu lalu di Boyolali.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kita kumpulkan para pengobat tradisional untuk diberi arahan sesuai aturan yang diperbolehkan. Sebab, kita banyak menemui obat tradisional di pasaran yang tidak sesuai serta praktik kesehatan tradisional yang tidak sesuai peruntukannya,” kata Kepala Dinkes Boyolali Syamsudin saat ditemui wartawan di kantornya akhir pekan lalu.

Syamsudin menegaskan para pengobat tradisional harus menggunakan bahan dan cara tradisional dalam menangani kesehatan. Praktik ini tidak boleh dicampur BKO maupun bahan lain yang berbahaya.

Ia menyebutkan sejumlah larangan yang tidak boleh dilakukan oleh para pengobat tradisional. Antara lain, para pengobat dilarang memakai alat kedokteran, dilarang memakai BKO dalam ramuan. Di samping itu, pengobat tradisional tidak boleh beriklan dengan tajuk langsung sembuh serta iklan dapat mengobati segala macam penyakit.

Menurutnya, mereka yang konsisten di jalur pengobatan tradisional ini diminta menggunakan bahan tradisional tanpa ada campuran bahan kimia apapun. “Pengobat tradisional supaya mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di Kabupaten BoyolaIi pengobat tradisional cukup beragam,” imbuhnya.

Syamsudin menyebutkan pengobat tradisional sangat beragam. Mulai dari akupuntur, pijat, totok hingga tenaga dalam. Selain itu, mereka mengandalkan ramuan sebagai obatnya.

Sementara Kasi Farmamin dan Perbekes Dinkes Boyolali Sartono menambahkan banyak alat, metode dan obat tradisional yang belum dapat dipertanggungjawabkan keamanan dan manfaatnya bagi kesehatan.

Di sisi lain, ia mengungkap jumlah tenga dokter di Indonesia masih relatif rendah. Oleh karena itu, minat masyarakat untuk mencari pengobatan sendiri cukup besar. “Di Indonesia terdapat 9.000 tanaman berpotensi sebagai obat. Baru 300 jenis tanaman yang digunakan sebagai bahan baku. Para pelaku Yankestrad bisa memanfaatkan ini,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya