SOLOPOS.COM - Ilustrasi upper respiratory tract infections (URI/URTI) alias infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). (JIBI/Harian Jogja/Dok.)

Penghujan 2017 menurut Dinas Kesehatan Semarang bisa diikuti merebaknya tiga jenis penyakit yang patut diwaspadai masyarakat.

Semarangpos.com, SEMARANG — Puncak penghujan 2017 membuat Dinas Kesehatan Kota Semarang waswas bakal mewabahnya penyakit khas musim ini di masyarakat. Dinkes Semarang pun meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan merebaknya tiga jenis penyakit yang paling banyak ditemui pada musim penghujan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Sekarang ini sudah masuk musim hujan. Bahkan, malah puncaknya. Makanya, kami ingatkan masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh,” kata Kepala Dinkes Kota Semarang Widoyono di Semarang, Rabu (15/2/2017).

Pada musim penghujan seperti ini, kata dia, setidaknya ada tiga penyakit menular yang paling banyak menyerang. Ketiga penyakit khas musim penghujan itu adalah upper respiratory tract infections (URI/URTI) atau infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), demam berdarah dengue (DBD), dan leptospirosis dari kencing tikus.

Untuk ISPA, ia menjelaskan mudah sekali menyerang seseorang, apalagi dengan daya tahan tubuh yang lemah melalui paparan langsung dengan cuaca, seperti sering kehujanan, atau bisa juga tertular dari penderita ISPA lainnya. “Ya, termasuk flu dan commond cold. Virus influenza ini mudah membuat orang menjadi sakit, terutama mereka yang sering terekspose cuaca secara langsung atau daya tubuh orang tersebut ternyata sedang lemah,” katanya.

Meski bukan termasuk penyakit mematikan, kata dia, masyarakat juga harus tetap waspada agar tidak mudah terkena ISPA karena tetap saja membuat seseorang tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, misalnya bekerja. “Saran saya, kalau tidak perlu sekali, jangan ke luar rumah. Apalagi, saat hujan. Kalau pun tetap harus ke luar rumah, pakai masker, jas hujan, atau kalau bisa naik angkutan umum, seperti BRT Trans Semarang,” sarannya.

Menurut dia, kondisi BRT Trans Semarang cenderung lebih aman karena tertutup dan berpendingin ruangan (AC) sehingga tidak membuat penumpang terpapar langsung dengan kondisi luar. Meski demikian, ia tetap berpesan agar warga tetap berhati-hati mencegah penularan penyakit di angkutan umum itu.

Penyakit kedua, yakni DBD, kata dia, harus pula diwaspadai karena biasanya saat musim penghujan ada kecenderungan naik meski pada 2016 lalu ranking Kota Semarang untuk kasus DBD sudah turun menjadi ke-29 se-Jawa Tengah. “Biasanya kan selalu peringkat I, II, atau III. Alhamdulillah, tahun lalu turun jadi nomor 29. Kuncinya, keaktifan masyarakat untuk menggencarkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungannya,” katanya.

Selain itu, Widoyono mengatakan penyakit leptospirosis sering muncul saat musim penghujan, terutama di daerah yang rawan banjir. Banjir di lingkungan yang kotor cenderung membawa bakteri Leptospira sp dari kencing tikus.

“Angka kematian akibat leptospirosis pada era 1980-an sampai 30%. Namun, sekarang sudah bisa ditekan sampai kurang dari 5%. Dalam setahun, rata-rata kami hanya menemui sekitar 30 [kasus] leptospirosis,” kata Widoyono.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya