SOLOPOS.COM - Seorang warga Desa Candigatak, Cepogo, Boyolali, Siti Khotijah, 31, saat menonton televisi di rumahnya, Jumat (2/12/2022). Ia mengungkapkan masih bisa menikmati siaran tv analog jika mematikan set top boxnya. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Warga Boyolali masih bisa menikmati siaran televisi analog tanpa menggunakan set top box (STB) pada Jumat (2/12/2022).

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengatakan penghentian siaran televisi terestrial analog dilakukan di sejumlah wilayah di Jawa Barat dan Jawa Tengah mulai Jumat ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Lembaga penyiaran swasta dan pemangku kepentingan lainnya sudah menetapkan tanggal untuk penghentian siaran analog, 2 Desember jam 24.00 WIB,” kata Direktur Penyiaran Kementerian Kominfo, Geryantika Kurnia, saat webinar sosialisasi ASO, Kamis (1/12/2022).

ASO akan dilakukan pada 2 Desember di wilayah Bandung dan sekitarnya, Yogyakarta dan Solo dan sekitarnya, Semarang dan sekitarnya dan Batam dan sekitarnya.

Siaran analog masih bisa ditonton terbukti dengan warga Desa Candigatak, Cepogo, Boyolali, Siti Khotijah, yang masih bisa mengaksesnya tanpa mengaktifkan set top box (STB) yang ia punya.

“Ini tadi mencoba pakai analog juga masih bisa, tapi memang enggak sejernih pas sudah pakai STB sih. Dulu sebelum pakai STB ya kemresek begitu,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Jumat.

Ia mengungkapkan sudah sekitar dua bulan yang lalu menggunakan set top box seharga Rp250.000. Saat itu, ia bisa mengakses beberapa kanal tv kecuali TVRI. Khotijah menceritakan setelah memakai STB, ada sekitar 15 kanal tv digital yang bisa ia akses.

Walaupun telah memakai TV digital, ia mengaku masih ada beberapa kanal TV digital yang terkadang hilang seperti Trans TV.

“Kalau ibu-ibu seperti saya enggak apa-apalah Trans TV enggak bisa dilihat, saya seringnya nonton sinetron di kanal lain. Saya pakai STB dulu juga karena ingin lihat sinetron secara jernih, kalau ibu-ibu yang di rumah seperti saya hiburannya cuma tv,” kata dia.

Kemudian, Khotijah bercerita tetangganya yang baru beli STB dengan merek yang sama sudah lebih dari Rp300.000.

Menurut informasi yang ia dapat, harga STB semakin mahal saat ada informasi analog switch off. Namun, beberapa tetangganya juga masih belum menggunakan STB karena pada kenyataannya masih bisa mengakses tv analog.

Sementara itu, warga Sukabumi, Cepogo, Erika, 25, mengungkapkan pada Jumat pagi dirinya masih bisa menonton tv analog.

“Saya masih menggunakan TV analog dan belum membeli STB karena pertama saya jarang nonton tv. Kemudian, ibu saya kalau nonton hanya beberapa kanal saja dan kebetulan kanal tersebut masih bisa ditangkap di TV analog walau tidak sejernih sebelum adanya tv digital,” kata dia.

Ia mengungkapkan belum membeli STB karena belum ada waktu untuk membeli. Walaupun begitu, ia berharap jika nanti ada bantuan terkait STB dapat disalurkan secara maksimal sehingga warga menengah ke bawah tidak harus mengeluh kesulitan membeli STB dan mengakses siaran digital.

Senada, warga Siswodipuran, Boyolali, Fauzi, 42, mengungkapkan ia masih bisa menikmati siaran TV analog di rumahnya.

“Siarannya [analog] masih bisa ditangkap dengan baik, kualitas gambarnya juga baik. Untuk kanal yang tidak bisa diakses sepertinya Cuma TVRI. Kalau TV lokal dan nasional sampai saat ini masih bisa diakses,” tutur dia.

Fauzi mengungkapkan dirinya belum terpikirkan untuk membeli STB dan memilih untuk menunggu siaran tv analog benar-benar mati.

Selain itu, ia mengungkapkan harga STB saat ini relatif mahal. Ia takut jika saat ini membeli STB yang murah maka dapat berdampak pada sedikitnya kanal yang diterima TV analognya.

Maka dari itu, ia menunggu harga STB agar terjangkau bari dirinya membeli STB. Ia berharap harga STB bisa di bawah Rp100.000 agar dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Ia juga berharap siaran TV analog untuk tidak dimatikan terlebih dahulu.

“Informasinya sih hari ini akan dimatikan yang siaran tv analog, tapi harapan saya jangan dulu. Mungkin bisa di kota-kota besar diaplikasikan untuk dijadikan percontohan. Kalau memang sudah baik, sarana prasarana sudah mendukung dan masyarakat sudah siap, maka pelan-pelan kabupaten dan kota kecil bisa beralih ke digital,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya