SOLOPOS.COM - (google/pacitankab.go.id)

Solopos.com, SOLO–Kota Solo kembali gagal memupus puasa gelar Adipura selama sembilan tahun terakhir. Kualitas air dan pengelolaan sampah lagi-lagi menjadi problem klasik yang mengganjal Solo meraih penghargaan tersebut.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Solo, Agus Sutrisno, saat ditemui wartawan di Balai Kota, Jumat (6/6/2014), mengatakan Pemkot telah berupaya memperbaiki sejumlah indikator penilaian yang ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen LH). Hanya, pihaknya tak mampu berbuat banyak untuk memperbaiki indikator kualitas air. Dalam penilaian Kemen LH yang digelar September-November 2013, kualitas air di Solo menjadi yang indikator terburuk dengan nilai 53,82. Kualitas air erat kaitannya dengan kebersihan sungai.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sebenarnya poin yang lain sudah cukup baik seperti hutan kota dan kebersihan lingkungan. Yang jadi catatan utama hanya kualitas air,” ujarnya.

Selain kualitas air, pengelolaan sampah terpadu menjadi PR Pemkot dalam kompetisi Adipura. Diketahui, hingga kini proses pengembangan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo dengan metode insinerasi tak kunjung rampung. Agus mengatakan pemberdayaan masyarakat di bidang pengelolaan sampah juga disorot. “Jadi ke depan fokus perbaikannya tiga, pemberdayaan masyarakat, pengelolaan sampah dan perbaikan kualitas air,” tutur dia.

Pihaknya mengaku tak terlalu kecewa kembali gagal menyabet Piala Adipura. Menurut Agus, kegagalan itu bisa menjadi cermin warga Solo agar memperbaiki kualitas lingkungan di masa mendatang. Terlebih, tahun ini Solo sukses meraih penghargaan hiburan berupa Piagam Adipura. Piagam diberikan kepada kota yang telah berupaya meningkatkan kualitas lingkungan. “Kalau enggak dapat (Adipura) ya cermin budaya kita seperti ini. Kami tidak mau dibuat-buat. Yang terpenting ke depan harus lebih baik.”

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, mengaku legawa Piala Adipura kembali lepas dari Kota Bengawan. Menurutnya, indikator Adipura yang diterapkan di Solo lebih sulit dibanding daerah lain di Soloraya. Solo masuk kategori kota besar bersama daerah lain seperti Surabaya, Denpasar dan Pekanbaru.

“Penilaiannya berlapis,” tuturnya.

Meski demikian, Wali Kota optimistis mampu menggaet penghargaan di tahun depan. Hal itu menyusul raihan Piagam Adipura yang pertama kali diterima Solo selama ini. Rudy berharap penghargaan tersebut menjadi pemantik warga Solo untuk berbenah. “Kalau sudah dapat piagam, tentunya 2015 arahnya piala. Pemkot juga terus memperbaiki diri. Tahun ini lelang Putri Cempo ditargetkan rampung. Penataan Kali Pepe juga jalan terus,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya