SOLOPOS.COM - Kunyit (freepik)

Solopos.com, SOLO-Penggunaan herbal untuk terapi tambahan pasien Covid-19 masih dalam penelitian. Meski pun pada kenyataannya masih banyak masyarakat memakai bahan alami untuk proses penyembuhan infeksi virus corona.

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Reri Indriani mengatakan herbal sebagai terapi tambahan untuk pasien Covid-19 saat ini masih dalam tahap penelitian.

Promosi Peneliti Harvard Ungkap Peran BRI Dorong Inklusi Keuangan lewat Digitalisasi

“Saat ini dalam penelitian untuk obat herbal bisa digunakan sebagai terapi tambahan obat konvensional untuk perbaikan pasien Covid-19,” ujar dia mewakili Kepala Badan POM, Penny K. Lukito dalam webinar series Strategi Membangun Brand Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan, Selasa (14/9/2021), seperti dikutip dari Antaranews.com.

Ekspedisi Mudik 2024

Reri menuturkan, obat tradisional termasuk herbal hingga hari ini menjadi alternatif masyarakat untuk memelihara kesehatan tubuh mereka di masa pandemi walaupun belum ada yang mempunyai indikasi sebagai anti-Covid-19.

Baca Juga:  Pola Makan Tentukan Kesehatan Mental Anda, Begini Penjelasannya

Peluang ini kemudian disambut para pelaku usaha produk herbal. BPOM mencatat adanya peningkatan peredaran produk-produk ini secara daring hingga klaim atau promosi seiring peluang peningkatan permintaan dari masyarakat terhadap suplemen kesehatan dan obat herbal.

Dalam hal ini, BPOM mengingatkan pelaku usaha bisa melakukan inovasi dan berkreasi secara bertanggung jawab sehingga tidak menyesatkan masyarakat melalui klaim produk mereka.

“Kami hargai inovasi kreavitas pelaku usaha, tetapi harus dilakukan secara bertanggung jawab. Kreativitas dan inovasi pelaku usaha untuk memperkenalkan produknya, membangun brand produk perlu difasilitasi dan dikawal agar berkembang tetapi tidak bertentangan dengan regulasi yang kami tetapkan,” kata Reri.

BPOM memiliki kewenangan untuk memberikan sanksi administrasi dan penindakan apabila menemukan pelanggaran. Reri menegaskan, tidak ada kompromi terhadap perlidungan kesehatan masyarakat.

Dari sisi tugas dan peran, BPOM juga melakukan pengawasan pre-market dan post market untuk menjamin keamanan mutu dan kemanfaatan produk beredar serta meningaktkan daya saing mutu produk obat dan makanan di pasar lokal maupun global demi mendukung iklim usaha.

Herbal atau jejamuan direkomendasikan sebagian orang untuk pasien Covid-19 tanpa gejala ataupun bergejala ringan selama masa isolasi mandiri mereka. Konsumsinya pun diselingi obat medis untuk Covid-19. Apakah ini boleh menurut pandangan pakar kesehatan?

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) , Dr. (Cand) dr. Inggrid Tania membolehkannya asalkan berkonsultasi dulu dengan dokter.

Baca Juga: Sering Kelelahan di Sore Hari? Lakukan 6 Cara Ini Agar Kembali Bersemangat

Menurut dia, konsumsi herbal seperti kunyit dan sambiloto sebenarnya akan membantu mengurangi efek samping obat medis seperti mual, yang kerap dikeluhkan beberapa pasien Covid-19 bergejala ringan selama masa perawatan mereka.

“Kadang obat medis ada efek samping misalnya mual, itu bisa dibantu dengan herbal yang bersifat mengurangi mual, juga antiperadangan, meningkatkan imunitas misalnya kunyit, meniran, sambiloto,” kata Tania.

Pasien disarankan mengonsumsi herbal sesuai anjuran dosis jenis produk yang dipakai dan waktu meminumnya diberi selang waktu 1-2 jam dengan obat medis.

Salah satu herbal yang menjadi rekomendasi sebagian orang, Qusthul Hindi atau Saussurea costus, yakni spesies tumbuhan dalam genus Saussurea yang berasal dari India dan Pakistan. Herbal yang bisa dijumpai dalam bentuk bubuk ini diyakini memberikan efek antiinflamasi, antimikroba, dan analgesik (penghilang rasa sakit) yang kuat yang bermanfaat bagi kesehatan.

Saussurea, menurut studi dalam jurnal International Immunopharmacology pada Juli 2012 lalu diketahui mengandung senyawa aroma terpene yang dapat mengurangi rasa sakit dan peradangan dengan menekan enzim siklooksigenase (COX). Ini enzim yang sama seperti target obat antiinflamasi nonsteroid seperti Advil (ibuprofen) dan Aleve (naproxen).

Qusthul Hindi, menurut Tania boleh saja dipakai untuk pengobatan tetapi, bukan untuk pencegahan. Herbal yang bisa dikonsumsi tiga kali sehari ini bisa mengurangi gejala demam, batuk, sakit tenggorokan.

Baca Juga: Simak Penyebab dan Dampak Sleep Apnea

Pasien bisa meminumnya dengan melarutkan ke dalam air. Takaran yang disarankan 1/2 – 1 sendok teh Qusthul Hindi kemudian larutkan dalam air, aduk dan biarkan hingga ada endapan. Pasien bisa meminum bagian atasnya, bukan endapannya.

Rasa herbal ini cenderung pahit. Untuk mengurangi rasa pahitnya, madu bisa ditambahkan ke dalam larutan.

Selain Qusthul Hindi, ada juga rekomendasi ramuan air hangat dan garam. Menurut Tania, ramuan ini bisa untuk berkumur karena sifatnya sebagai antiseptik dan membantu meredakan nyeri misalnya pada tenggorokan.

Herbal lainnya yakni madu untuk membantu mengatasi batuk yang umum dialami pasien Covid-19 bergejala ringan. Sebuah studi yang dilakukan peneliti asal Bangladesh dan diterbitkan dalam jurnal Cell Press pada Desember 2020 menunjukkan, madu mungkin bermanfaat bagi pasien Covid-19 dengan meningkatkan sistem kekebalan inang, memperbaiki kondisi komorbiditas, dan aktivitas antivirus. Walau begitu, efek madu pada replikasi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dan atau sistem kekebalan inang perlu diselidiki lebih lanjut melalui studi in vitro dan in vivo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya