SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembayaran digital. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) atau fasilitas pembayaran nontunai elektronik di Wonogiri masih minim. Penyebabnya, pemahaman yang kurang sekaligus belum meratanya penggunaan teknologi ke seluruh masyarakat di Kabupaten Sukses.

Berdasar data Bank Indonesia, merchant atau pedagang pengguna QRIS di Wonogiri hanya 8% dari total 358.410 pengguna di Soloraya. Artinya, QRIS di Wonogiri digunakan oleh sekitar 28.672 merchant. Pendataan itu dilakukan pada Juli 2022 dan dapat berubah sesudahnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian dan Perdagangan (KUKM Perindag) Wonogiri, Wahyu Widayati, mengatakan QRIS selama ini lebih banyak digunakan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), terlebih yang sudah familier dengan penggunaan teknologi. Sebab, syarat agar dapat menggunakan QRIS ialah harus memiliki ponsel pintar bersistem operasi Android atau iOS.

Menurutnya, tak sedikit merchant, utamanya di area pasar yang masih gagap teknologi. Hal itu termasuk tak punya ponsel pintar.

“Masih ada kesenjangan antara yang sudah paham IT [teknologi] dan ketinggalan. Pedagang di pasar itu heterogen tingkat pendidikannya. Ada yang sudah punya HP Android dan ada yang tidak punya. Jadi belum bisa menggeneralisasikan,” ungkap Wahyu kepada Solopos.com, Selasa (4/10/2022).

Baca Juga: Jadwal Penyaluran Bantuan Langsung Tunai UMKM di Wonogiri Belum Jelas

Ia mengaku bakal berupaya menyosialisasikan penggunaan QRIS secara bertahap pada para pedagang.

“Salah satunya, saat 1 November 2022 nanti. Akan ada sosialisasi kepada pedagang di Pasar Kota [Wonogiri] dan Pasar Sidoharjo. Tapi apakah itu termasuk QRIS atau bukan saya belum paham. Yang jelas dua pasar itu nantinya memakai e-retribusi,” imbuhnya.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, penyaluran QRIS dilakukan oleh perusahaan perbankan, baik yang berstatus BUMN maupun BUMD. Salah satunya yakni PT Bank Prekreditan Rakyat (BPR) Bank Giri Suka Dana Wonogiri, yang menjadi perusahaan perseroan daerah (Perseroda). Perusahaan tersebut turut andil sebagai agen yang mendistribusikan QRIS kepada para merchant.

Direktur Utama PT BPR Bank Giri Suka Dana Wonogiri, Suparmo, mengklaim telah menggandeng sejumlah merchant di Wonogiri menggunakan QRIS, di antaranya pemilik kios pakaian dan pertokoan modern. Namun, ia tak memungkiri jumlahnya masih sedikit lantaran masyarakat belum banyak yang berminat.

Baca Juga: Sejarah Panjang Batik Wonogiren yang Tak Sengaja Berciri Khas Motif Remukan

Selain karena masih belum paham cara penggunaannya, kurangnya peminat itu juga disebabkan oleh QRIS yang lebih cenderung merugikan pedagang.

“Penggunaan QRIS sebagai alat pembayaran itu berbeda dengan transfer antarbank. Saat menggunakan QRIS, pembeli cukup membayar sesuai nominal harga yang ada. Sementara pedagang yang harus menanggung biaya penggunaan QRIS, sebesar 0,7 persen dari uang yang diterima,” kata Suparmo, Selasa.

Hal itu mesti disosialisasikan kepada para pedagang pemilik QRIS. Guna mengatasi kerugian yang timbul dari potongan senilai 0,7 persen, pedagang dapat menaikkan harga jual barang saat pembeli ingin menggunakan QRIS sebagai alat pembayaran.

“Jadi jatuhnya kesepakatan antara pedagang dan pembeli. Misalnya kalau membayar secara tunai bayarnya Rp10.000, tapi kalau dengan QRIS bayarnya Rp12.000,“ katanya lagi.

Baca Juga: Cegah Inflasi, Wonogiri Peroleh Jatah 8.000 Tanaman Cabai dari Bank Indonesia

Sebelumnya diberitakan Solopos.com, penggunaan QRIS telah menyasar sejumlah sektor, seperti warung makan, toko oleh-oleh, pasar modern, rumah sakit, tempat ibadah, pondok pesantren, dan perguruan tinggi. Implementasi QRIS di pasar tradisional di Soloraya sudah berjalan, antara lain di Pasar Gawok Sukoharjo, Pasar Singosaren, Pasar Nusukan, dan Pasar Triwindu.

Ketua Tim Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah dan Layanan Administrasi (SPPURLA) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Gunawan Purbowo, mengatakan jumlah merchant QRIS menunjukkan peningkatan sebesar 201,35% (ytd) dari 36.604 pada 31 Desember 2019 menjadi 110.307 pada November 2020.

“Pertumbuhan merchant QRIS Soloraya yang paling melesat adalah Kabupaten Sukoharjo sebesar 285,66%. Ini diikuti Kota Solo 249,48%, Kabupaten Boyolali 201,11%, dan Kabupaten Karanganyar 181,65%. Kabupaten Wonogiri paling kecil pertumbuhan merchant QRIS di Soloraya, yakni 109,93%,” ujarnya belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya