SOLOPOS.COM - Keranda yang berisi jenazah Siyono, 34, warga Dukuh Brengkungan, RT 011/RW 005, Desa Pogung, dibawa menuju masjid guna dilakukan salat jenazah, Minggu (13/3/2016) dini hari. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos/dok)

Penggerebekan Densus 88, sejumlah pihak melihat banyak luka yang dialami Siyono yang ditangkap Densus 88.

Solopos.com, KLATEN–Meninggalnya Siyono, 34, warga Dukuh Brengkungan, RT 011/RW 005, Desa Pogung, Cawas dipertanyakan. Kuasa hukum keluarga mendesak kepolisian membuka seluas-luasnya alasan penangkapan serta penyebab kematian bapak lima anak tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Siyono ditangkap Densus 88 Antiteror pada Selasa (8/3/2016) sekitar pukul 18.30 WIB. Pada Kamis (10/3/2016), satuan khusus Polri itu menggeledah rumah Siyono. Sementara, pihak keluarga mendengar kabar Siyono meninggal pada Jumat (11/3/2016).

Kuasa hukum keluarga Siyono, Sri Kalono, mengatakan sudah meminta keterangan keluarga terkait surat penangkapan Siyono. “Sampai detik ini tidak ada satu lembar surat pun yang dikeluarkan dari institusi mana yang menangkap atau yang menyebabkan kematian dari alharhum,” jelas Kalono saat ditemui sebelum kedatangan jenazah Siyono, Minggu (13/3/2016) dini hari.

Kalono menilai tak ada keterangan sejak awal ke keluarga terkait penangkapan Siyono merupakan bentuk premanisme serta penculikan. Guna mengusut kejelasan penangkapan serta kematian Siyono, kuasa hukum menggandeng Komnas HAM. “Kalau memang ini [Densus 88] merupakan institusi pemerintah dan institusi negara yang melakukan penangkapan semestinya ada surat penangkapan sejak awa ke keluarga. Oleh karena itu, biar nanti diselidiki Komnas HAM dan Komisi III DPR sesungguhnya penyebab meninggal dan kenapa ditangkap serta siapa yang menangkap. Tuntutannya ya supaya ini dibuka sejelas-jelasnya,” terang dia.

Sementara itu, saat dilakukan penggantian kain kafan, Kalono mengatakan kondisi jenazah Siyono berbeda jika dibandingkan jenazah pada umumnya. Penggantian kain kafan merupakan keinginan ayah Siyono, Marso, yang ingin memberikan sesuatu kepada putranya.

“Dari pengamatan ada lebam pada kedua mata. Lebam berwarna biru kehitaman di pelipis, jadi pipi sebelah kanan ke atas sampai ke kepala kemudian sampai dahi bagian tengah. Kemudian hidung patah. Pada kepala bagian belakang, masih meneteskan darah segar. Sementara, pada kedua kaki dari paha sampai mata kaki bengkak berwarna hitam. Kuku jari kaki kiri mau lepas,” urai dia, Minggu sore.

Hasil visualisasi kondisi jenazah Siyono bakal menjadi bahan ketika kuasa hukum beserta Komnas HAM mendatangi Komisi III pada Senin (14/3/2016). “Kalau perkelahian menurut saya rasanya mustahil. Tetapi, tentunya ini nanti akan menjadi bahan, agar nanti Komnas HAM dan DPR direkomendasikan untuk diadakan autopsi forensik sehingga semuanya biar jelas,” katanya.

Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC), Endro Sudarsono, menegaskan harus ada pihak yang bertanggung jawab atas kematian Siyono setelah ditangkap Densus 88 Antiteror. “Intinya mempertanyakan sebab-sebab pada saat penangkapan dalam keadaan sehat wal afiat, tidak ada riwayat penyakit jantung dan paru-paru. Terus mengapa pada saat ini yang bersangkutan meninggal dunia,” katanya.

Sementara itu, berdasarkan pantuan di rumah Siyono, para pelayat mendatangi rumah tersebut sekitar pukul 21.00 WIB. Tak hanya warga sekitar, ratusan pelayat juga berasal dari daerah lain.

Sebelum tiba di rumah duka, kedatangan aparat kepolisia dari Satuan Dalmas membawa tameng dan senjata laras panjang di dukuh tersebut sekitar pukul 01.30 WIB sempat memicu amarah massa. Kedatangan polisi dinilai mengganggu jalannya prosesi kedatangan jenazah dan penguburan. Kondisi itu bisa dikendalikan setelah dilakukan mediasi serta perwakilan dari pelayat menenangkan massa.

Sekitar pukul 02.21 WIB, ambulans yang membawa jenazah memasuki areal rumah duka. Jenazah selanjutnya diturunkan dan dibawa dibawa ke rumah duka guna dilakukan penggantian kain kafan. Seusai dilakukan salat jenazah di masjid setempat, sekitar pukul 03.00 WIB, jenazah Siyono dimakamkan di kompleks pemakaman yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah duka.

Sementara itu, Kapolres Klaten, AKBP Faizal, mengatakan kedatangan aparat ke lokasi sebagai upaya pengamanan lingkungan. Ia menegaskan tak ada tindak anarkistis yang dilakukan oleh laskar Islam serta ormas Islam.

“Kami hanya melakukan pengamanan mulai dari keberangkatan dari Jakarta sampai masuk ke wilayah Klaten. Selain dari polres, juga ada perkuatan dari Brimob,” katanya.

Terkait tuntutan penjelasan penyebab kematian Siyono, Kapolres mengatakan hal itu merupakan ranah dari Mabes Polri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya