<p><strong>Solopos.com, WONOGIRI—</strong>Tangan kiri Dwi Utomo memegang penggaris besi yang ia letakkan pada sebuah kertas. Tangan kanannya sibuk memberi tanda pada tiap sisi penggaris itu.</p><p>Kedua matanya tampak fokus tak berkedip menyelesaikan pekerjannya itu. Ia mengenakan kaus berwarna biru dengan <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180416/489/910652/flyover-manahan-solo-bus-dari-wonogiri-diminta-tak-ubah-rute" title="Flyover Manahan Solo: Bus dari Wonogiri Diminta Tak Ubah Rute">gambar sebuah bus</a>.</p><p>Ia duduk di sebuah stan berukuran tiga kali tiga meter pada ajang <em>Wonogiri Creative Fest 2018</em> di Gedung Giri Purna Bhakti Wonogiri. Di setiap dinding stan terdapat puluhan miniatur bus dengan berbagai jenis. Pria kelahiran Wonogiri 24 tahun silam telah mencintai dunia bus lebih dari tiga tahun lalu.</p><p><img src="http://img.solopos.com/upload/img/bus%204.jpg" width="600" height="400" alt="" /></p><p>Berawal dari kebiasaannya melakukan perjalanan ke Ibu Kota ia jatuh cinta melihat bentuk maskulin bus. Pria yang juga merupakan seorang<a href="http://news.solopos.com/read/20180410/496/909571/hasil-penelitian-pendapatan-bersih-ojek-online-hanya-rp1-jutabulan" title="Hasil Penelitian: Pendapatan Bersih Ojek Online Hanya Rp1 Juta/Bulan"> pengemudi ojek<em> online</em></a> tersebut iseng-iseng membuat miniatur bus dengan media kertas tiga tahun lalu.</p><p>Ia tak menyangka, keisengannya berbuah manis, tetangga dan kerabat meminta dibuatkan miniatur bus yang sesuai dengan bentuk aslinya.</p><p>“Sambil menunggu order masuk saya membuat miniatur bus untuk membuat waktu menjadi efisien. Dalam sehari bisa membuat dua buah miniatur bus, kan Wonogiri juga terkenal sebagai gudang bus, saya sebagai pembuat miniatur bus yang saat ini sepertinya masih satu-satunya di Wonogiri,” ujar warga Desa Bulusulur, Kecamatan Wonogiri tersebut saat ditemui <em>Solopos.com</em>, Sabtu (25/8/2018).</p><p><img src="http://img.solopos.com/upload/img/bus%202.jpg" width="600" height="400" alt="" /></p><p>Berbagai kendala ia temui dalam pembuatan miniatur bus. Dengan harapan membuat seperti wujud aslinya ia belajar melalui Youtube dan membaca artikel-artikel.</p><p>Berbekal tekad yang kuat ia memasarkan hasil karyannya pada sebuah kios kecil di timur simpang empat Pokoh, Kecamatan<a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180819/495/934970/kebakaran-hutan-terus-bayangi-wonogiri" title="Kebakaran Hutan Terus Bayangi Wonogiri"> Wonogiri</a> dengan nama Ash Bus Merchandise.</p><p><strong>Pemasaran Online</strong></p><p>Ia telah memasarkan hasil karyanya hingga ke Pulau Sumatera. Sebuah miniatur bus ia jual dengan harga Rp35.000 hingga Rp40.000 tergantung tingkat kesulitan bus dan ukuran dari bus yang ia buat. Selain dipasarkan secara online ia sering menggelar lapaknya di <em>Car Free Sunday</em> (CFS) di Wonogiri.</p><p>Para pembeli dari beragam kalangan, dari anak-anak, komunitas pecinta bus atau Busmania, hingga supir atau kondektur PO yang ia buat. Dalam sepekan ia dapat memeroleh omzet Rp200.000. Ia mengaku, para pemilik PO yang ia buatkan miniatur busnya belum mengetahui hasil karyanya.</p><p><img src="http://img.solopos.com/upload/img/bus%203.jpg" width="600" height="400" alt="" /></p><p>Seperti dilihat dari beberapa karyanya, dia membuat miniatur bus seperti <em>Agra Mas, Pahala Kencana, Gunung Mulia, Tunggal Dara Putera,</em> dan beberapa PO lain.</p><p>Kini ia bercita-cita untuk membuat bus dengan bahan akrilik yang sedang ia pelajari cara membuatnya. Ratusan miniatur bus telah ia buat melalui tangannya sebagai wujud kecintaanya terhadap dunia transportasi khususnya moda bus.</p>
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
