SOLOPOS.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA — Kemandirian nasional merupakan bekal Indonesia untuk keluar dari pandemi. Pemulihan ekonomi nasional tidak terlepas dari pemulihan yang terjadi di sektor industri, karena sektor ini menopang 19,15% dari perekonomian nasional.

Optimisme sektor industri masih terlihat di Triwulan IV-2021. Ditandai dengan PMI Manufaktur kembali berada di wilayah ekspansif dengan mencatatkan angka 53,5 pada Desember 2021.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Utilisasi Industri Pengolahan juga terus meningkat dan mencapai yang tertinggi dengan capaian 67,6%. Impor Barang Modal dan Bahan Baku masing-masing tumbuh 23,1% dan 60,5% (yoy) pada November 2021. Seluruh indikator mencerminkan sektor industri semakin solid dalam menopang pemulihan ekonomi nasional.

Baca juga: 250 Juta Liter Digelontor, Minyak Goreng Satu Harga Rp14.000 Mulai Besok

Ekspedisi Mudik 2024

Momentum perbaikan dari sektor industri ini, tentunya menjadi hal yang baik bagi para pelaku industri termasuk di dalamnya para insinyur dan akademisi di bidang ilmu Teknik Industri.

“Sebagaimana kita harus beradaptasi di masa pandemi, para insinyur Teknik Industri juga harus beradaptasi menghadapi era Industri 4.0. Ditandai dengan pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan layanan konsumen secara global,” ujar Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto secara virtual pada acara, Puncak 50 Tahun Dies Natalis Teknik Industri – Institut Teknologi Bandung atau ITB, Sabtu (15/1).

Salah satu yang menjadi fokus pengembangan Pemerintah yakni industri sektor kesehatan. Karena industri kesehatan termasuk di dalamnya industri farmasi, merupakan salah satu sektor yang diutamakan dalam kondisi pandemi saat ini.

Pemerintah juga mendorong terjadinya transformasi berbasis digital untuk menopang perkembangan industri kesehatan. Transformasi ini berperan dalam memudahkan proses distribusi, penguatan jejaring kesehatan, mengefektifkan proses administrasi, dan mendukung performa yang lebih efektif serta efisien.

Baca juga: Segera Cair, Ini Cara dan Syarat Mendapatkan BLT UMKM 2022

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hingga 2021 Indonesia memiliki 241 industri manufaktur farmasi, 17 industri bahan baku farmasi, 132 industri kesehatan tradisional, dan 18 industri produk ekstraksi alam. Berbagai industri tersebut telah mengekspor produk farmasi dan alat kesehatan ke berbagai negara di dunia. Antara lain Amerika Serikat, Inggris, Vietnam, Belanda, Singapura, dan Korea Selatan.

“Untuk mendukung upaya pengembangan industri kesehatan, Pemerintah telah menyusun Peta Jalan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi bahan baku berteknologi tinggi,” ujar Menko Airlangga.

Pemerintah juga telah mendorong munculnya riset dan inovasi melalui Pendanaan Riset Inovatif Produktif yang dikelola oleh LPDP untuk para akademisi. Serta menyediakan insentif Super Deduction Tax untuk para technopreneur yang melakukan kegiatan Litbang.

Baca juga: Menko Airlangga: Indikator Pemulihan Ekonomi Beri Sinyal Sangat Baik

Berbagai kebijakan ini dapat dimanfaatkan agar sektor industri nasional dapat melahirkan inovasi-inovasi yang diciptakan insinyur Teknik Industri.

Tujuan jangka panjang dari upaya ini adalah untuk mencapai kemandirian industri kesehatan. Sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menurunkan ketergantungan pada bahan impor.

“Dengan terus meningkatkan kemampuan teknikal, manajerial, komunikasi, dan memperkaya skill-set. Saya yakin para Insinyur Teknik Industri mampu bersaing secara global dan memberikan sumbangsih besar bagi bangsa” pungkas Menko Airlangga.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya