SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pengembangan wisata DIY menjadi industri terpadu, sangat memungkinkan. Misalnya dalam masalah ecoturism (wisata berbasiskan alam-lingkungan), sangat memungkinkan dikembangkan di wilayah ini.

Maklum, wilayah ini memiliki bentang alam yang sangat komplit, mulai dari bentang alam laut, pantai, daratan, perbukitan, pegunungan hingga bentang alam gunungapi (Merapi) yang memukau itu. Dengan demikian, di wilayah DIY benar-benar mampu dikembangkan menjadi eco-tourism yang mampu mendatangkan pendapatan daerah dan menyejahterakan masyarakat DIY.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Pengembangan wisata berbasiskan alam lingkungan ini belum dilakukan secara maksimal di kawasan ini. Padahal, potensi fisik (keberadaan bentang alam itu sendiri) dan non-fisik (pemikiran kreatif dan inovatif) sangat melimpah di bumi Yogyakarta, yang merupakan gudangnya ilmuwan dari aspek apapun, yang bisa memperkaya khasanah pengembangan.

Nah, pengembangan ecotourism sekarang ini cenderung dianaktirikan. Padahal, potensinya sungguh sangat besar. Ia bagaikan raksasa yang sedang tidur, yang perlu dibangunkan segera. Kalau sudah bangun bisa dibayangkan kekuatannya yang maha dahsyat itu.

Apa saja yang bisa dijual dijual sebagai wisata bentang alam itu? Banyak mulai dari eksostisme pantai Parangtritis yang (mungkin) paling indah di dunia, serta puluhan pantai mulai dari pantai2 berbatuan gamping di sepanjang Gunung Kidul, Bantul, hingga Kulon Progo. Semuanya menyajikan panorama yang sangat elok dan menawan. Belum lagi kita bicara tentang bentang alam karst (batu gamping) dengan ribuan isolated hill dan tebaran goa-goa bawah tanah yang menyimpan misteri tersendiri. Semuanya menyimpan kekuatan maha dahsyat untuk dikembangkan, asalkan ada sentuhan tangan-tangan kreatifnya.

Terindah di dunia
Bersyukurlah, kalau di wilayah ini memiliki pantai yang terindah dan terbesar di dunia, yakni pantai Parangtritis. Pantai yang membentang di wilayah Kabupaten Bantul ini memiliki panjang pantai yang luar biasa, yakni mencapai sekitar 10 km, dengan bentang alam yang beragam mulai dari gumuk pasir (sand dunes) yang cukup luas dengan berbagai bentuknya seperti  barchans (bulan sabit), longitudinal dunes, transverse dunes, dan whaleback dunes. Bentang alam gumuk pasir semacam ini hanya ditemukan satu-satunya di Indonesia secara lengkap di sebuah pantai.

Sayangnya, dunes-dunes ini sekarang cenderung tidak berkembang akibat semakin terdesaknya areal bebas angin oleh areal pemukiman penduduk. Padahal, syarat terbentuknya dunes adalah hembusan angin pantai yang cukup kuat tanpa ada penghalang. Sebab, bentang alam gumuk pasir ini memang merupakan bentukan kekuatan angin yang menerjang pasir-pasir pantai yang lembut. Belum lagi bentangan pantai dengan background berupa perbukitan gamping yang demikian indahnya. Pendek kata, pantai Parangtritis adalah pantai terindah dan terlengkap di Indonesia bahkan mungkin di tingkat dunia.

Belum lagi bicara tentang keindahan puluhan pantai yang tersebar mulai dari gunung Kidul seperti Baron (ikonnya), Kukup, Krakal, Ngrenehan, Gesing, Ngobaran, Nguyahan, Sadeng, serta pantai-pantai lainnya dengan pesona khas pantai di kawasan karst. Demikian pula dengan pantai di wilayah Bantul seperti pantai Parangtritis, Parangkusumo, Samas serta puluhan pantai lain di wilayah Kulon Progo seperti pantai Glagah, Trisik, Congot, Bugel serta pantai lainya. Semuanya perlu sentuhan tangan-tangan kreatif dan para investor, sehingga pengembangan wisata pantai bisa terpadu dan holistik.

Juga bentang alam karst (batu gamping) di daerah Gunung Kidul, dengan puluhan gua-gua yang eksotis, juga peninggalan artefak-artefak manusia purbanya yang menarik hati, belum mampu digarap dengan optimal. Selain itu, di wilayah karst juga banyak dijumpai sumber air tawar dalam bentuk sungai bawah tanah yang melimpah. Inilah yang seringkali dilupakan orang. Padahal, wisata minat khusus ini bisa dikembangkan menjadi wisata bagi semua orang (umum), apabila dikembangkan dengan baik oleh pemda setempat bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan penelitian yang ada di wilayah DIY.

UGM dan beberapa perguruan tinggi swasta lainnya di DIY misalnya, memiliki fakultas atau jurusan yang bisa diajak bekerja sama mengembangkan wisata berbasiskan bentang alam ini. Misalnya jurusan geologi, geografi dan arkeologi, yang memungkinkan membuat jalur-jalur khusus geotrack untuk  eco-tourism ini. Di sepanjang pegunungan seribu (Kabupaten Gunung Kidul), dan juga pegunungan Menoreh (Kabupaten Kulon Progo), yang memiliki banyak kekayaan tambang (kuno peninggalan Belanda) dan juga bentang alam yang eksotis, bisa dibuatkan jalur-jalur khusus wisata berbasis alam ini.

Lokasi-lokasi semacam ini harus bisa dijual dengan dipadukan dengan lokasi wisata lain yang sudah ada terlebih dahulu, sehingga menjadi sebuah industri wisata yang terpadu. Pengembangan berbagai desa wisata, hendaknya bisa pula dipadukan dengan pengembangan ecotourism ini, sehingga nantinya jadual kunjungan wisata di suatu tempat tertentu bisa lebih lama lagi.

Dengan demikian, ”devisa masuk” ke berbagai kawasan di DIY akan semakin membesar. Tentunya semua dengan melibatkan masyarakat setempat, sehingga akan berdampak memakmurkan mereka. Mudah-mudahan, dengan cara semacam ini konsep ekonomi kerakyatan tidak hanya ada dalam wacana teori semata, namun benar-benar membumi.

Akhirnya, para wisatawan yang datang ke Yogyakarta hendaknya tidak hanya disuguhi diajak mengunjungi lokasi-lokasi wisata yang itu-itu saja seperti belanja di Malioboro, Keraton Yogyakarta, api juga diajak untuk mengalami pengalaman baru, yang sama sekali berbeda. Wisata berbasiskan alam lingkungan, barangkali adalah wisata alternatif, yang sangat bisa dikembangkan di bumi Yogyakarta ini dan memperkaya khasanah dunia kepariwisataan di bumi Nusantara ini.

Pengembangan eco-tourism ini nantinya bisa dijadikan proyek percontohan bagi wilayah lain, yang memiliki kekayaan bentang alam geologi yang menarik, layaknya wilayah DI Yogyakarta ini. 

Oleh Susidarto
Manajer Operasional Bank Panin Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya